Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Bakery Indonesia (APEBI) memperkirakan angka penjualan roti dan kue pada tahun ini mencapai sekitar Rp 27 triliun. Angka penjualan itu mengalami peningkatan sekitar 15% dari tahun lalu karena daya beli masyarakat yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketua Asosiasi Pengusaha Bakery Indonesia (APEBI), Chris Hardijaya, mengatakan, peningkatan penjualan dinikmati oleh para anggota asosiasi yang mayoritas berbentuk usaha kecil menengah (UKM). Dari bulan Januari hingga September, menurutnya rata-rata kenaikan penjualannya mencapai 11%. "Hingga akhir tahun diperkirakan bisa mengalami kenaikan hingga 15%," kata Chris, Kamis (13/10).
Dari angka penjualan sekitar Rp 27 triliun, dia memperkirakan khusus untuk penjualan roti mencapai Rp 17,25 triliun. Di Indonesia, Chris bilang Sari Roti merupakan perusahaan yang menguasai pangsa pasar terbesar.
Sementara untuk kue kering dan kue tradisional mencapai sekitar Rp 9,75 triliun. Untuk kue tradisional menurutnya harganya memang jauh lebih murah tapi secara kuantitas paling besar dibanding yang lain.
Sekadar catatan, anggota APEBI berjumlah sekitar 1.000 perusahaan dan UKM yang tersebar di seluruh Indonesia.
Peningkatan penjualan juga dinikmati oleh produsen roti bermerek Sari Roti. Direktur Operasional PT Nippon Indosari Corporindo Tbk, Yusuf Hadi, mengatakan, pertumbuhan penjualan Sari Roti di atas pertumbuhan pasar. "Selama Januari-September penjualan meningkat 25%," kata Yusuf.
Sayangnya, Yusuf enggan memberi detail penjualan. Namun dia optimistis perusahaan bisa mencapai target penjualan pada tahun 2011 ini sebesar Rp 750 miliar hingga Rp 800 miliar. Sedangkan tahun lalu, total penjualan mereka mencapai Rp 612 miliar. Saat ini, Sari Roti menguasai pangsa pasar roti di Indonesia sebesar 8% hingga 9%.
Sari Roti memiliki lima pabrik yang terdiri dari dua pabrik di Jakarta, dan masing-masing satu pabrik di Medan, Surabaya dan Semarang. Total kapasitas pabrik Sari Roti mencapai 1,8 juta buah roti per hari.
Meski industri roti dan kue terus tumbuh, Chris mengatakan mereka masih menggantungkan bahan baku dari impor. Sebagai contoh kebutuhan tepung terigu untuk industri roti dan kue sebesar 1,42 juta ton, semuanya impor. Sedangkan impor ragi 95%, susu bubuk 70% dan cokelat 30%.
Karena bergantung pada produk impor, harga juga bisa terganggu oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Namun sepanjang tahun ini, Chris mengatakan harga bahan baku relatif stabil. Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar juga dinilai hanya temporal dan tidak terlalu berpengaruh karena order barang rata-rata dilakukan 3 bulan sekali.
Yusuf juga berpendapat harga belum terpengaruh dengan pelemahan nilai tukar Rupiah yang terjadi beberapa pekan terakhir. Hal itu baru akan terasa dampaknya jika terjadi dalam periode yang lama.
Untuk mengurangi bahan baku impor, Chris mendorong pengusaha roti dan kue untuk menggunakan bahan baku alternatif. Salah satunya adalah ubi jalar yang bisa diolah sebagai campuran tepung terigu. Penggunaan campuran ubi jalar bisa mengurangi penggunaan tepung terigu hingga 30%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News