kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Taksi Express menderek bisnis bus dan taksi Eagle


Rabu, 04 November 2015 / 10:59 WIB
Taksi Express menderek bisnis bus dan taksi Eagle


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Merintis bisnis baru memang bukan perkara gampang. Pengalaman itu pula yang sedang dihadapi perusahaan operator taksi Express, PT Express Transindo Utama Tbk. Hingga kuartal III-2015, bisnis taksi komisi dan sewa bus yang tengah dirintis oleh perusahaan itu belum menguntungkan.

Express Transindo menjalankan bisnis taksi komisi dan sewa bus berlabel Eagle sejak Juni 2014. Di luar dua bisnis tersebut, perusahaan ini mengoperasikan bisnis utama yakni taksi kemitraan.

Nah, sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, Express Transindo mencatatkan laba bersih Rp 11,15 miliar. Catatan laba tersebut turun 89,8% dibandingkan dengan laba bersih pada periode sama tahun lalu, yang masih mencapai Rp 109,2 miliar.

Penurunan laba terjadi karena pendapatan Express Transindo tergerus beban langsung. Sebab, pertumbuhan pendapatan perusahaan transportasi berkode saham TAXI di Bursa Efek Indonesia tersebut tidak sebesar lonjakan beban langsung.

Pendapatan Express Transindo pada sembilan bulan tahun ini tumbuh 12,69% menjadi Rp 721,41 miliar. Sementara beban langsung naik 34,39% menjadi Rp 485,48 miliar.  "Beban usaha perseroan ini meningkat karena ada tambahan lini bisnis baru taksi komisi dan bus," ungkap Merry Anggraini, Sekretaris Perusahaan PT Express Transindo Utama Tbk kepada KONTAN, Selasa (3/11).

Merujuk pada laporan keuangan kuartal III-2015, terdapat 10 variabel dalam beban langsung. Dari 10 variabel itu, delapan di antaranya membengkak. Dari jumlah tersebut, dua variabel beban langsung melonjak tajam, yakni biaya bahan bakar dan beban pengemudi.

Biaya bahan bakar naik lebih dari empat kali lipat pada kuartal III-2015 menjadi

Rp 54,09 miliar. Sementara beban pengemudi naik lebih dari enam kali lipat menjadi Rp 39,93 miliar.

Selain masih mengangkut tambahan biaya dari bisnis baru, merosotnya daya beli masyarakat serta kelesuan ekonomi turut menggores argo pendapatan Express Transindo. Satu lagi faktor penekan bisnis TAXI, menurut Merry, adalah semaraknya bisnis jasa layanan transportasi berbasis aplikasi mobile.

Merevisi target kinerja

Manajemen Express Transindo sedang berancang-ancang agar tarikan bisnisnya bisa ngegas lagi. Misalnya, melalui penghematan atau efisiensi biaya, serta menata ulang portofolio bisnis.

Ihwal penataan portofolio bisnis, manajemen Express bahkan menyatakan sudah berupaya mengevaluasi portofolio bisnis sejak PT Saratoga Investama Sedaya Tbk membatalkan niatnya mengakuisisi TAXI. "Setelah rencana itu batal, kami harus gerak lagi," ujar Merry

Salah satu kemungkinannya  adalah melepas lini bisnis atau aset yang tak menguntungkan. Namun, Express Transindo  menandaskan bahwa bisnis taksi komisi dan sewa bus bukan bagian dari aset bisnis yang akan dilepas. Perusahaan ini masih berhasrat mengembangkan dua bisnis tersebut, meski bisnis ini masih menggerogoti laba. Perusahaan ini masih berharap bisa mencicipi kontribusi kinerja positif dari dua bisnis baru itu pada tahun depan.

Tahun ini, Express akan merevisi target pendapatan supaya lebih realistis. Rupanya, untuk memenuhi target pertumbuhan kinerja 20%-30% pada tahun ini terasa berat. "Revisi target kemungkinan akan kami sampaikan pekan depan saat menggelar investor summit," ujar Merry.

Sebagai catatan, tahun lalu, TAXI mencatatkan pendapatan Rp 889,72 miliar. Dus, tahun ini perusahaan tersebut membidik pendapatan Rp 1,07 triliun-Rp 1,16 triliun.            

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×