Reporter: Amailia Putri Hasniawati |
JAKARTA. Jika produksi sawit di pasar dunia meningkat, maka terbuka kemungkinan pasar minyak nabati dunia akan terdesak. Itu sebabnya, negara yang tak bisa menghasilkan minyak sawit akan membonceng LSM untuk membikin kampanye hitam.
“Biaya produksi sawit itu murah tetapi keuntunganya paling tinggi. Untuk itu kita harus menangkal kampanye negatif kelapa sawit dengan pengembangan sawit yang berkelanjutan,” kata Direktur Perlindungan Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Herdrajat Natawidjaja.
Sawit memang tanaman yang sangat kompetitif. Dari sisi produktivitas, sawit mampu memproduksi 4 ton per hektare, sedangkan kedelai hanya 0,4 ton per hektare. Dari sisi ongkos produksi, minyak sawit pun tergolong minim. Sawit hanya membutuhkan US$ 400 per hakter sedangkan kedelai US$ 600-700 per hektar.
Sawit tercatat berkontribusi menyerap tenaga kerja sebanyak tiga juta tenaga kerja dan pemasukan ke negara sebesar Rp 12miliar –Rp 13 miliar.
Menurut data yang dirilis oleh Ditjen Perkebunan, saat ini lahan kelapa sawit seluas 7,3 juta hektare dari total tersebut sebanyak 40% berupa perkebunan rakyat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News