kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tangkis kampanye negatif, RI butuh diplomat sawit


Senin, 26 Mei 2014 / 16:23 WIB
Tangkis kampanye negatif, RI butuh diplomat sawit
ILUSTRASI. Startup Primeskills


Reporter: Handoyo | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Gabungan pengusaha perkebunan mengharapkan langkah cepat pemerintah dalam menghadapi serangan kampanye negatif dari negara-negara importir minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di luar negeri.

Soedjai Kartasasmita Ketua Gabungan Pengusaha Perkebunan Indonesia (GPPI) mengatakan, salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memperbanyak diplomat di bidang persawitan. "Harus cerdas, perlu dididik di segala fokus," kata Soedjai, Senin (26/5).

Menurut Soedjai, Indonesia dinilai kalah cepat dengan negara tetangga Malaysia. Di negeri Jiran tersebut sudah banyak diplomat di bidang sawit yang dimiliki. Seperti halnya di Indonesia, di Malaysia Sawit merupakan sumber perekonomian terbesar dari masyarakatnya.

Tuduhan produk kelapa sawit Indonesia yang tidak ramah lingkungan dijadikan isu oleh pihak tertentu untuk mempengaruhi persepsi konsumen dalam kaitannya persaingan pasar. Padahal, selama ini produk CPO Indonesia paling dominan mengantongi sertifikat RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dibandingkan Malaysia.

Mengutip data RSPO Indonesia, dari produksi minyak sawit dunia yang bersertifikasi RSPO sebanyak 9,7 juta ton, sekitar 47,85% atau 4,8 juta ton diantaranya berasal dari Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×