kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tantangan ganda Gajah Tunggal


Jumat, 23 Januari 2015 / 09:00 WIB
Tantangan ganda Gajah Tunggal
ILUSTRASI. Manfaat beras merah untuk kesehatan.


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

JAKARTA. Produsen ban PT Gajah Tunggal Tbk menargetkan pertumbuhan pendapatan 8%-9% tahun ini. Target single digit tersebut, sedikit lebih besar dari perkiraan capaian pertumbuhan pendapatan sepanjang 2014.

Perusahaan berkode GJTL di Bursa Efek Indonesia itu mengaku pertumbuhan pendapatan tahun lalu adalah 6%. Jika tahun 2013 perusahaan itu mencetak pendapatan Rp 12,35 triliun, berarti pendapatan 2014 adalah Rp 13,09 triliun. Melanjutkan asumsi itu, berarti incaran pendapatan tahun 2015 adalah Rp 14,14 triliun - Rp 14,27 triliun.

Untuk mengejar target, Gajah Tunggal akan meningkatkan volume penjualan. "Kami coba meningkatkan volume penjualan dengan meningkatkan penjualan ekspor dan bauran produk atau product mix," ujar Catharina Widjaja, Direktur dan Corporate Secretary Gajah Tunggal kepada KONTAN, Kamis (22/1.

Sayangnya, Gajah Tunggal tak menyebutkan incaran kontribusi ekspornya. Manajemen perusahaan itu hanya menyebutkan capaian komposisi penjualan 2014, dimana penjualan ekspor menyumbang kontribusi 38%. Tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah dan Asia. Sisanya, 62% dari penjualan lokal. 

Paling tidak peluang meningkatkan volume penjualan itu didukung tingkat utilisasi pabrik yang masih 70%. Jadi, perusahaan itu masih memiliki peluang menggenjot sisa utilisasi pabrik sebesar 30%.

Untuk diketahui, saat ini perusahaan  itu memiliki pabrik di Tangerang, Banten. Pabrik itu memproduksi 55.000 unit ban mobil radial per hari, 14.500 unit ban ban bias per hari dan 90.000 unit ban sepeda motor setiap  hari.

Tudingan kartel

Meski masih menargetkan pertumbuhan pendapatan tahun ini, Gajah Tunggal mengakui sepak terjangnya tahun ini tak akan mulus. Pasalnya ada dua tantangan tahun ini.

Pertama, penurunan harga jual karet membikin harga jual ban tak optimal. Selama ini Gajah Tunggal memenuhi hampir 100% bahan baku karet dari dalam negeri.

Namun sebagai gambaran, harga kontrak karet di pasar Tokyo Commodity Exchange untuk pengiriman Maret 2015, sebagaimana dikutip dari Bloomberg, memang melemah sejak awal tahun. Pada 1 Januari 2015 harga karet masih JPY 208,00 per kilogram (kg). Namun, kemarin (22 Januari 2015), harga turun 5,43% menjadi JPY 196,70 per kg.

Kedua, tudingan kartel harga dari Komisi Pengawasan Pengusaha Usaha (KPPU). Atas tudingan itu, Gajah Tunggal akan naik banding. "Tuduhan itu lebih berdampak pada citra kami dan akan memberikan dampak negatif terhadap penjualan perusahaan, terutama di pasar ekspor," beber Catharina.

Sekadar menyegarkan ingatan, KPPU menduga enam perusahaan ban berbisnis tak sehat dari 2009-2012. Keenam perusahaan itu adalah Gajah Tunggal, PT Bridgestone Tire Indonesia, PT Sumi Rubber Indonesia, PT Goodyear Indonesia Tbk, PT Elang Perdana Tyre Industry dan PT Industri Karet Deli.

Kalau mengenai proyeksi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) bahwa industri otomotif tahun ini stagnan, Gajah Tunggal yakin tak akan terpengaruh. Perusahaan itu beralasan banyak bermain di kelas after market (pra penjualan). Sementara penjualan mobil lebih mempengaruhi penjualan ban di kelas original equipment manufacturer (OEM). 

Gajah Tunggal  mengaku porsi after market 87%. Sisanya, 13 % untuk OEM.

Asal tahu saja, Gaikindo memproyeksi penjualan mobil di 2015 sama dengan 2014. Sepanjang tahun lalu penjualan mobil wholesale sekitar 1,21 juta unit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×