Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Untuk mendukung target tersebut, Pemerintah Indonesia telah menawarkan berbagai insentif, seperti pengurangan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), pembebasan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), insentif bea masuk atas importasi Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) berbasis baterai, insentif pajak terkait Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), keringanan biaya pengisian listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Namun, terlepas dari pendekatan komprehensif dan berbagai langkah yang ditawarkan oleh pemerintah melalui dorongan regulasi, tingkat adopsi kendaraan listrik di Tanah Air masih rendah karena berbagai tantangan mendasar.
Dalam studi tersebut, ADL telah mengidentifikasi lima tantangan mendasar terhadap peralihan Indonesia menuju mobilitas listrik.
Baca Juga: Indika Energy Catatkan Laba Bersih USD 89,8 Juta pada Semester 1 Tahun 2023
Pertama, ketergantungan yang kuat pada produksi Original Equipment Manufacturer (OEM) otomotif yang terbatas. Kedua, terbatasnya pengembangan infrastruktur pengisian daya. Ketiga, pemrosesan nikel yang kurang berkembang. Keempat, baterai Lithium Ferro Phosphate sebagai ancaman bagi keberadaan Nickel Manganese Cobalt. Kelima, keseimbangan antara keterkaitan regional dan prioritas nasional.
Akshay Prasad, Manager Arthur D. Little di Asia Tenggara mengungkapkan bahwa kesuksesan prospek kendaraan listrik Indonesia terletak pada daya tarik OEM baru dari India, China, serta pemain lokal yang lebih fokus pada mengembangkan kendaraan listrik, daripada hanya mengandalkan merek dominan saat ini yang sebagian besar masih berfokus pada kendaraan berbasis ICE atau Internal Combustion Engine.
Menurut dia, strategi ini memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk mempertimbangkan pengembangan OEM lokal yang selama ini masih kurang.
"Dengan mempromosikan produksi mobil listrik lokal secara strategis melalui insentif yang ditargetkan, seperti pembebasan bea masuk untuk komponen tertentu dan penetapan batas minimum yang lebih tinggi untuk investasi, dapat mendorong masuknya pemain utama dan menandakan pasar yang lebih berkembang,” ungkap Prasad.
Baca Juga: Ekspor Mobil CBU Asal Indonesia Diharapkan Tumbuh Positif Hingga Akhir 2023
Terlepas dari tantangan di atas, ADL percaya bahwa Indonesia berada dalam posisi yang tepat untuk berkembang menjadi pusat mobilitas listrik secara global, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Laporan ini menyoroti beberapa bidang utama yang harus diprioritaskan pemerintah Indonesia untuk mencapai target kendaraan listrik yang ambisius, yaitu memprioritaskan penargetan OEM baru dengan penekanan lebih besar pada BEV, memperluas cakupan insentif untuk penyediaan infrastruktur stasiun pengisian kendaraan listrik, memulai kerja sama dan dukungan regional, membangun kapabilitas baru di luar NMC, dan mendorong produksi lokal secara strategis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News