Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Target penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tahun ini diturunkan menjadi Rp 29,67 triliun atau dipangkas 43,16% dari target awal sebesar Rp 52,2 triliun.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bambang Gatot Ariyono mengatakan, revisi target dilakukan lantaran menurunnya jumlah produksi mineral dan batubara. Penyebabnya, harga komoditas terus anjlok di samping tingginya biaya operasional.
Seperti diketahui, harga batubara acuan (HBA), komoditi yang berkontribusi hingga 80% dalam PNBP kini berada di level US$ 57,39 per ton.
Nilai tersebut merupakan yang terendah sejak pemerintah menetapkan HBA setiap bulan mulai Januari 2009. Adapun sejak awal tahun ini, HBA telah anjlok hingga 7,26% dari US$64,65 pada Desember 2014.
"Sebagai implikasi dinamika kondisi ekonomi global, terdapat perubahan target pencapaian kinerja sub sektor mineral dan batu bara khususnya dari sisi PNBP 2015 sebesar Rp 29,67 triliun," ujarnya, Senin (26/10).
Target baru tersebut bahkan lebih rendah 16,4% dari realisasi tahun lalu senilai Rp 35,49 triliun. Menurutnya, penurunan target tersebut menjadi wajar jika melihat realisasi PNBP hingga bulan lalu yang masih sangat rendah.
Hingga 29 September 2015, realisasi PNBP minerba baru mencapai Rp 22,6 triliun atau 43,29% dari target awal. Nilai tersebut sudah termasuk pelunasan dari beberapa tunggakan di sektor ini.
"Kalau lihat PNBP sekarang yang baru sekitar Rp 23 triliun ya realistisnya memang segitu (Rp 29,67 triliun). Kalau bisa ya sampai Rp 30 triliun atau Rp 31 triliun," katanya.
Adapun target PNBP untuk tahun depan sudah ditetapkan sebesar Rp 41,59 triliun. Artinya, akan ada peningkatan sebesar 40,18% dari target baru tahun ini.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Indonesian Mining Institute (IMI), Irwandy Arif menilai langkah pemerintah merevisi target PNBP tersebut sangat logis. Pasalnya, dengan waktu yang tersisa tiga bulan, target awal sebesar Rp 52,2 triliun hampir bisa dipastikan tidak akan tercapai.
"Itu jelas keputusan yang sangat logis. Lebih baik direvisi saja daripada dibuat tinggi tetapi tidak tercapai," tuturnya.
Sementara terkait dengan target PNBP tahun depan, Irwandy menilai besaran yang ditetapkan akan cukup sulit tercapai. Alasannya, kondisi perekonomian dan harga komoditas diprediksi masih belum membaik.
"Batu bara sepertinya belum bangkit. Kalaupun ada penambahan ya dari logam, tapi tidak akan signifikan juga," ujarnya.
Menurutnya, target PNBP yang realistis untuk tahun depan ada di kisaran Rp 30 triliun atau tidak jauh dari tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News