Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Kegagalan produksi minyak di Blok Cepu yang mundur dari rencana Juli 2014 menjadi Oktober 2014 berimbas ke hasil produksi minyak (lifting) nasional. Blok cepu yang diharapkan bisa mendongkrak lifting, realisasi produksi Cepu sampai akhir tahun diprediksi 165.000 bph.
Walhasil lifting minyak tahun ini diproyeksi hanya mencapai 804.000 barel per hari, turun 1,7% dari target 818.000 bph. Bahkan hingga akhir Oktober 2014 lalu, rata-rata produksi minyak kurang lebih baru sekitar 780.000 bph.
Sekretaris Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Gde Pradnyana, Selasa (2/12), menyebut penyebab utama kegagalan produksi minyak tahun ini lantaran sebagian kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) gagal memenuhi target.
Dalam catatan SKK Migas, dari rencana 132 kegiatan eksplorasi tahun ini, hanya 60% yang bisa terealisasi, dan sisanya gagal. Adapun sampai akhir November 2014, baru sekitar 50% dari rencana eksplorasi yang bisa terlaksana.
Alasan lain yang disebut menghambat produksi tahun ini lantaran KKKS terganjal masalah birokrasi seperti regulasi, perizinan, hingga perpajakan.
Untuk mengatasi ini, pelaksana tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi ementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Naryanto Wagimin menyebut perlunya penyelesaian yang melibatkan instansi yang lain.
Misalnya keterlibatan Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Kehutanan. "Kami berharap proyek IDD (Indonesia Deepwater Development) dan Blok Masela cepat terselesaikan. Sementara untuk pajak atau PBB kami sudah koordinasi dengan Kementerian Keuangan khususnya bagian Pajak," jelasnya.
Tanpa penyelesaian cepat masalah ini, SKK Migas khawatir target lifting minyak di Anggaran Pendapatan dan Belanja 2015 sebesar 845.000 bph gagal lagi. "Dari work program and budgeting (WPnP) yang sedang berjalan kami lihat dibawah 845.000 bph," papar Gde.
Namun SKK Migas belum memberikan patokan berapa besar lifting yang realistis tahun depan. Gde berharap target lifting dalam perubahan APBN 2015 nantinya lebih realistis.
Hanya saja, jika perbaikan cepat dilakukan, maka kegiatan eksplorasi bisa kembali bergairah. Dengan begitu, target produksi minyak sebesar 2,5 juta bph di 2020 tercapai.
Dalam hitungan Ketua Umum Indonesia Petroleum Association (IPA), Lukman Mahfoedz untuk bisa mencapai produksi 2,5 juta bph, perlu peningkatan kegiatan eksplorasi dua kali, hingga tiga kali lipat dari dari sekarang. Lalu, perizinan dipercepat karena ada 30% investor belum dapat persetujuan investasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News