kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Target proyek kelistrikan disetel lebih kendor


Selasa, 11 April 2017 / 07:19 WIB
Target proyek kelistrikan disetel lebih kendor


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya merilis panduan proyek kelistrikan. Aturan itu tertuang dalam Kepmen No 1415K/20/MEM/2017 tentang Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2017-2026.

Secara umum, RUPTL terbaru disetel lebih kendor dibanding target sebelumnya. Namun, target bauran energi baru terbarukan (EBT) naik dari 19,6% menjadi 22,5% pada tahun 2026, dan menyesuaikan dengan Rencana Umum Energi Nasional (lihat tabel).

Menteri ESDM Ignasius Jonan menyebutkan, target tahun 2025 pembangkit batubara 50% dari total energi primer, gas sebesar 26% dan bahan bakar minyak kurang dari 0,5%. "Batubara masih mewakili 50% yang digunakan PLN berdasarkan kapasitas terpasang output listrik," kata Jonan di Kantor Dirjen Ketenagalistrikan, Senin (10/4).

Kendati batubara dominan, energi pembangkit bisa menyesuaikan dengan ketersediaan cadangan energi primer di suatu daerah. Istilah versi PT Perusahaan Listrik Negara  (PLN) adalah biaya termurah (least cost). Sedangkan pemerintah menyebutnya sebagai cadangan energi primer.

Alhasil, tarif listrik kompetitif. "Jika di pulau itu ada gas, sumur gas atau gas bumi, bikin wellhead," tandasnya.

PLN juga akan mengembangkan PLTU Mulut Tambang dengan target total kapasitas 7.300 MW. Sebesar 1.600 MW PLTU Mulut Tambang di Kalimantan, selebihnya di Sumatra. PLN bisa menunjuk langsung perusahaan listrik swasta alias independent power producer (IPP) untuk PLTU Mulut Tambang dan PLTGU di mulut sumur gas.

Penunjukan langsung, kata Jonan, agar mengurangi biaya pihak ketiga, seperti transportasi. Biaya pokok produksi lebih kompetitif, sehingga harga listrik bisa terjangkau.

Target kapasitas terpasang pembangkit listrik dalam RUPTL 2017-2026 sebesar 125.000 MW pada tahun 2026. Tahun 2019 target pembangkit yang beroperasi komersial atau commercial operation date sebesar 70.000 MW.

RUPTL terbaru juga menetapkan target proyek transmisi dan gardu induk. Pembangkit PLN hingga tahun 2026 ditargetkan 77.000 gigawatt, transmisi 67.422 kilometer sirkuit, dan gardu induk 164.170 megavolt ampere (MVA).

Jonan menyatakan, saat ini pembangunan pembangkit listrik masih terpusat di Jawa. Akibatnya, PLN akan kelebihan pasokan listrik di Jawa.  Jonan menginginkan, perjanjian jual beli listrik atau power purchase agreement (PPA) proyek listrik di Jawa ditunda. "Saya tidak setuju PPA baru, karena masih lebih," katanya.

Direktur Pengadaan PLN, Supangkat Iwan Santoso menyatakan, dalam program 35.000 MW, target proyek pembangkit listrik di Jawa  sebesar 23.000 MW. "Tapi, melihat kondisi saat ini, tambahan listrik Jawa hanya 13.000 MW," ucapnya.

Alhasil, ada penundaan penyelesaian pembangkit kapasitas 9.000 MW. KIni, PLN sudah meneken PPA 9.300 MW dan 4.000 MW proses PPA, sehingga sudah memenuhi target pasokan baru.

Perubahan RUPTL 2016-2025 versus RUPTL 2017 -2026

Deskripsi Satuan RUPTL RUPTL
    2016-2025 2017-2026
Pertumbuhan Ekonomi % 6,7 6,2
Pertumbuhan Listrik % 8,3 8,3
Rasio Elektrifikasi % 99,7 (2025) 100 (2026)
Pembangkit MW 80.538 77.873
Transmisi kms 67.665 67.465
Gardu Induk MVA 171.416 165.231
Tambahan pelanggan Juta 21,6 18,9

Sumber: RUPTL 2017-2026

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×