kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tarif ojek online naik, permintaan Ojol bisa berkurang hingga 75%


Senin, 06 Mei 2019 / 20:51 WIB
Tarif ojek online naik, permintaan Ojol bisa berkurang hingga 75%


Reporter: Kenia Intan | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tarif ojek online (Ojol) naik per 1 Mei 2019. Kenaikan tarif memungkinkan permintaan konsumen terhadap Ojol tergerus hingga 75%. Hal ini justru meneybabkan kesejahteraan pengemudi Ojol tidak terjamin.

Tarif baru yang diatur pemeritah dalam Keputusan Menteri Perhubungan (Kepmenhub) No. 348 Tahun 2019 dinilai tidak mencerminkan tarif yang dibayarkan oleh konsumen. Tarif yang tertera merupakan tarif bersih yang akan diterima pengemudi.

"Artinya, tarif yang harus dibayar konsumen akan lebih mahal lagi, mengingat harus ditambah biaya sewa aplikasi,” jelas Ekonom Unair Rumayya Batubara, Ph.D. dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Senin (6/5).

Survei berjudul "Persepsi Konsumen terhadap Kenaikan tarif ojek online di Indonesia" oleh Researh Institure of Socio-Economic Development (RISED) menggambarkan kaitan kesediaan membayar konsumen terhadap layanan Ojol.

Penelitian yang diketuai oleh Rumayya itu mengasumsikan dengan tambahan biaya sewa aplikasi sebesar 20%, tarif batas bawah yang harus dibayar oleh konsumen di Jabodetabek sebesar Rp 2.500/km, bukan seperti yang tertera di Kepmenhub yang menyatakan Rp 2.000/km.

Kenaikan tarif tersebut jelas berpengaruh terhadap pengeluaran konsumen setiap harinya. Berdasarkan skema tarif berpedoman pada aturan terbaru, diperkirakan kenaikan pengeluaran yang dirasakan konsumen sebesar minimal Rp 4.000 dan maksimal Rp 12.000 per harinya.

Padahal menurut survei tersebut, 47,6% konsumen hanya mau mengalokasikan pengeluaran tambahan untuk Ojol maksimal Rp 4.000-5.000/hari. Bahkan, terdapat 27,4% konsumen yang tidak mau menambah pengeluaran sama sekali. Total persentase kedua kelompok tersebut mencapai 75% secara nasional.

Di sisi lain, kenaikan Ojol menjelang bulan puasa menyebabkan inflasi meningkat. " Apalagi berdasarkan hasil survei RISED, biaya pengeluaran transportasi sehari-hari berkontribusi sekitar 20% bagi pengeluaran konsumen per bulannya,” ujar Ekonom UI Dr. Fithra Faisa dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Senin (6/5).

Rumayya menyarankan pemerintah mengevaluasi regulasi tarif dalam bisnis Ojol. Menurutnya, kenaikan harga akan menggerus manfaat yang diterima masyarakat dari sektor tersebut, juga akan berdampak negatif pada penghasilan pengemudi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×