kontan.co.id
banner langganan top
Sabtu, 10 Mei 2025 | : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.928.000   2.000   0,10%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%
  • EMAS 1.928.000   2.000   0,10%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%
  • EMAS 1.928.000   2.000   0,10%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Tarif Timbal Balik Trump Terhadap Produk Alas Kaki Justru bisa Jadi Peluang


Kamis, 24 April 2025 / 14:17 WIB
Tarif Timbal Balik Trump Terhadap Produk Alas Kaki Justru bisa Jadi Peluang
ILUSTRASI. Kemendag menyebut produk alas kaki menjadi salah satu sektor paling terdampak dalam simulasi kebijakan tarif resiprokal baru Amerika Serikat (AS). ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/rwa.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut produk alas kaki menjadi salah satu sektor paling terdampak dalam simulasi kebijakan tarif resiprokal baru Amerika Serikat (AS).

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono, menjelaskan tarif yang berlaku bagi produk alas kaki, tarif Most Favoured Nation (MFN) saat ini sebesar 8% hingga 20% akan menjadi 18% hingga 30% setelah penambahan 10%.

Merespons hal ini, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Alas Kaki Nusantara (HIPAN), David Chalik, mengatakan jika para pelaku usaha alas kaki saat ini masih melakukan pendekatan wait-and-see.

Meskipun begitu, David mengatakan jika kondisi ini justru bisa menjadi peluang bagi usaha alas kaki nasional makin dilirik AS, sebab negara kompetitor jauh lebih besar tarif resiprokalnya.

Baca Juga: Tarif Impor AS Ancam Industri Alas Kaki Indonesia, Pasar Ekspor Jadi Makin Sempit

“Karena kalau kita bandingkan Indonesia dengan negara lain, kita ini tarif impornya lebih rendah. Karena kompetitor kita kan Kamboja, Vietnam, China,” terangnya kepada Kontan.co.id, Rabu (23/4).

Dia menegaskan jika Indonesia masih memiliki ‘bargaining position’ yang kuat terhadap AS. Sebab, Indonesia memiliki kualitas dan hasil produksi sepatu yang baik, kemudian posisi rupiah terhadap AS yang masih lemah bisa menambah produk asal Indonesia kian menarik.

“Memang, kalau dibanding India tarif kita lebih tinggi ya. Tapi kalau dibilang kualitas kita jauh lebih bagus dibanding mereka. Jadi sebenarnya kita punya bargaining position yang kuat gitu. Dan mata uang yang masih terpuruk, ini bisa jadi seksi di mata Amerika. Secara kualitas juga labor kita baik, hasil kualitas produksi sepatu bagus,” jelasnya.

Untuk saat ini, produk alas kaki yang paling banyak diekspor ialah produk sepatu olahraga. Misalnya seperti sepatu bermerek Nike, Puma, Adidas, yang diproduksi di Indonesia untuk kebutuhan ekspor. Menurut catatan David, produk ini menguasai hampir 50-60% jumlah total produksi sepatu di Indonesia.

Baca Juga: Pengusaha Alas Kaki Khawatir Indonesia Kebanjiran Produk Impor Akibat Tarif Trump

Menilik data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Januari-Maret 2025, pangsa ekspor alas kaki dari Indonesia ke AS adalah sebesar 34,16% dari total ekspor alas kaki. Kemudian disusul ke negara tujuan ekspor lainnya yaitu Belanda, Belgia, Jepang dan China.

David kemudian menegaskan jika pada dasarnya, AS masih akan tetap butuh Indonesia sebagai mitra dagang, khususnya di sektor komoditas alas kaki. Apa lagi, ketika hubungan AS dan China kian tegang, Indonesia akan berpeluang besar jadi alternatif yang dilirik AS.

Industri alas kaki nasional ternyata juga telah berupaya melakukan ekspansi pasar ke negara-negara tujuan lain, misalnya Saudi Arabia, Eropa, dan negara Middle East lainnya selama 5 tahun terakhir. Tetapi, kata David, ekspor alas kaki memang masih didominasi ke AS.

Terakhir, untuk memperkuat industri alas kaki nasional, David berpesan kepada Pemerintah supaya bisa memperkuat posisi rupiah terhadap dolar AS. Sebab, ini juga bisa mendorong peningkatan kualitas barang serta mesin produksi yang lebih memadai.

Selanjutnya: Ketegangan Antara India dan Pakistan Meningkat Pasca Tewasnya 26 Orang di Kashmir

Menarik Dibaca: Harga Emas Hari Ini Memantul Naik Pasca-Turun Tajam 2,7% Kemarin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×