kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.927.000   10.000   0,52%
  • USD/IDR 16.295   -56,00   -0,34%
  • IDX 7.312   24,89   0,34%
  • KOMPAS100 1.036   -2,36   -0,23%
  • LQ45 785   -2,50   -0,32%
  • ISSI 243   1,24   0,51%
  • IDX30 407   -0,78   -0,19%
  • IDXHIDIV20 465   -1,41   -0,30%
  • IDX80 117   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 118   -0,08   -0,07%
  • IDXQ30 129   -0,58   -0,45%

Soal MoU Impor Minyak dari AS, Begini Penjelasan Pemerintah


Sabtu, 19 Juli 2025 / 09:35 WIB
Soal MoU Impor Minyak dari AS, Begini Penjelasan Pemerintah
ILUSTRASI. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono mengatakan, Indonesia setuju untuk mengimpor komoditas energi AS senilai US$ 15 miliar dan komoditas agribisnis seharga US$ 4,5 miliar.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Indonesia akan membeli minyak dari Amerika Serikat (AS) sebagai bagian kesepakatan tarif dagang dengan AS.

Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomonian menyebutkan, nota kesepahaman impor migas dan investasi kilang antara PT Pertamina (Persero) dengan tiga korporasi energi Amerika Serikat (AS) tengah diperhitungkan secara bisnis.

Hal ini menyusul kesepakatan dagang antara Indonesia-AS usai diturukannya tarif resiprokal dari 32% menjadi 19% yang berlaku mulai 1 Agustus 2025.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan Indonesia memang setuju untuk mengimpor komoditas  energi AS senilai US$ 15 miliar dan komoditas agribisnis seharga US$ 4,5 miliar.

"Untuk energi, kemarin kan dari Pertamina (melalui) PT Kilang Pertamina Internasional kan sudah tangan MoU dengan tiga (perusahaan energi) yang terbesar di AS, baik ExxonMobil Corp, Chevron Corp, maupun KDT Global Resource LLC," kata Susiwijono kepada awak media di Jakarta, Jumat (18/7).

Baca Juga: Pertamina Tunggu Regulasi Impor, Menteri Bahlil Bakal Lakukan Rapat Teknis

Susiwijono mengatakan, saat ini Pertamina masih melakukan perhitungan berdasarkan pertimbangan bisnis untuk menindaklanjuti kerjasama dengan korporasi AS tersebut.

"Sudah pasti nanti juga tergantung ke perhitungan bisnisnya seperti apa. Jadi tidak bisa serta-merta dipaksa beli. Tidak begitu. Tetap subjeknya ke pertimbangan bisnis, perhitungannya seperti apa," katanya.

Adapun MoU itu mencakup impor untuk minyak mentah atau crude dan gas minyak cair atau LPG, serta investasi di bidang kilang bahan bakar minyak (BBM) gasoline.

MoU ini nantinya akan didetailkan lebih lanjut, karena pemerintah masih akan membahasnya bersama United States Trade Representative (USTR).

"Di joint statament-nya nanti akan dibunyikan di situ. Kita akan sepakat, kemudian nanti detailnya, skemanya seperti apa akan kita detailkan lagi. Kita masih akan terus (berdiskusi) dan itu bukan kita dipaksa," kata Susiwijono.

Bahkan, kata dia, akan terdapat rencana investasi dari AS untuk membangun satu fasilitas di sektor energi, yang akan didirikan di kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

"Nanti akan kita detailkan," imbuhnya.

Baca Juga: Tarif AS Turun, Pertamina Atur Rencana Impor Migas

Selanjutnya: 10 Strategi Finansial yang Patut Dicontoh dari Kebiasaan Hemat Warren Buffett

Menarik Dibaca: 6 Jenis Kopi Khas Dari Negara Lain yang Wajib Dicoba Saat Berkunjung Liburan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×