Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
Asal tahu saja, selain berencana membangun smelter tembaga baru, PTFI juga akan membangun smelter PMR. Merujuk pada data Kementerian ESDM, per Juli 2020, realiasi proyek smelter PMR Freport Indonesia baru 9,79% dengan serapan capex sebesar US$ 19,8 juta.
Dalam pemberitaan Kontan.co.id pada 19 Februari 2020 lalu, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas fasilitas PMR bisa mengolah 6.000 lumpur anoda per tahun. Dalam rencana awal, fasilitas PMR ini bisa rampung lebih awal dibanding smelter tembaga, yakni sekitar Kuartal IV 2022.
Produk turunan yang bisa dihasilkan dari fasilitas PMR itu ialah emas, perak, platinum, paladium, selenium, bismut, dan timbal. Khusus untuk produk emas, Tony mengatakan bahwa smelter tersebut bisa menghasilkan 35 ton per tahun. Kala itu, Tony menyampaikan, pihaknya sedang melakukan pembicaraan dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) untuk menyerap produk emas yang dihasilkan.
Sedangkan terkait pembangunan smelter tembaga, Tony mengatakan, pembahasan bersama pemerintah masih terus berlanjut. "Yang penting kan 2 juta ton. Ini kan masih dibahas terus, tapi intinya kan, yang mendasar adalah 2 juta ton," ungkap Tony selepas menghadiri rapat kerja Menteri ESDM bersama Komisi VII DPR RI, Senin (23/11).
Tony mengklaim, meski pembangunan smelter baru tidak menguntungkan secara keekonomian, tapi PTFI tetap berkomitmen membangun smelter baru sesuai dengan persyaratan dalam memperoleh Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) pada Desember 2018 lalu.
Dia juga memastikan bahwa proyek smelter tembaga baru di JIIPE Gresik terus berjalan meski terhambat pandemi Covid-19. "Komitmen kita tetap, progres tetap jalan terus. Kan komitmen dalam IUPK seperti itu walaupun keekonomiannya tidak terlalu bagus, jadi tetap jalan. Tapi memang bergeraknya lambat," pungkas Tony.
Selanjutnya: Adakan pertemuan, Komisi VII dan IMA bahas soal keekonomian smelter tembaga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News