Reporter: Muhammad Julian | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) masih prima di kuartal pertama tahun ini. Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, SIDO membukukan laba periode tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk alias laba bersih sebesar Rp 231,53 miliar.
Di periode sama tahun lalu, emiten yang dikenal melalui produk Tolak Angin tersebut membukukan laba bersih sebesar Rp 208,86 miliar. Ini berarti, laba bersih SIDO meningkat 10,85% year-on-year (yoy) di kuartal I 2020.
Padahal, penjualan SIDO di tiga bulan pertama hanya naik tipis sekitar 2,38% yoy dari semula Rp 713,67 miliar di kuartal I 2019 menjadi Rp 730,71 miliar sepanjang kuartal I tahun ini.
Baca Juga: Kuartal I-2020, Sido Muncul (SIDO) kantongi penjualan Rp 730,72 miliar
Secara terperinci, penjualan di kuartal I tahun ini terdiri atas penjualan segmen jamu herbal dan suplemen sebesar Rp 500,19 miliar, makanan dan minuman Rp 197,70 miliar, dan farmasi sebesar Rp 32,81 miliar.
Direktur Keuangan SIDO Leonard menjelaskan, pertumbuhan double digit pada sisi laba bersih disebabkan oleh upaya SIDO dalam menekan biaya produksi di semua segmen penjualan.
“Kami sudah mengamankan material/bahan baku dengan harga yang lebih murah dan juga ada kenaikan harga jual,” ungkap Leonard kepada Kontan.co.id, Selasa (21/4).
Mengintip laporan keuangan interim kuartal I tahun 2020, beban pokok penjualan SIDO memang mengalami penurunan sekitar 3,70% yoy dari semula sebesar Rp 335,61 miliar di kuartal I tahun lalu menjadi Rp 323,18 miliar di kuartal pertama tahun ini.
Alhasil, pertumbuhan pada sisi laba sudah terlihat pada laba bruto. Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, SIDO membukukan laba bruto sebesar Rp 407,53 miliar. Angka ini tumbuh sekitar 7,79% bila dibandingkan dengan laba bruto SIDO pada periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, penurunan juga dijumpai pada pos beban lain seperti misalnya beban umum dan administrasi. Melansir laporan keuangan kuartal pertama tahun 2020, beban umum dan administrasi turun sekitar 3,42% yoy menjadi Rp 43,22 miliar pada sepanjang Januari - Maret 2020. Sebelumnya, beban umum dan administrasi SIDO tercatat sebesari Rp 44,75 miliar pada peirode sama tahun lalu.
Alhasil, setelah dikurangi beberapa pos beban seperti beban pokok penjualan, beban penjualan dan pemasaran, beban umum dan administrasi serta beban-beban lainnya, SIDO berhasil membukukan pertumbuhan aba bersih sekitar 10,85% Rp 231,53 miliar.
Menyoal penjualan yang hanya naik tipis sepanjang Januari-Maret 2020, Leonard menyebutkan bahwa kinerja penjualan yang tertahan diakibatkan oleh adanya penurunan penjualan ekspor hingga lebih dari 50%. Hal disebabkan oleh adanya penerpan lock down di sejumlah negara seperti Filipina, Malaysia, dan Nigeria.
Padahal, ketiga negara tersebut merupakan tiga negara penyumbang terbesar pendapatan ekspor SIDO. Menurut catatan Leonard, penjualan ekspor ke tiga negara tersebut setara dengan sekitar 90% total penjualan ekspor perusahaan.
Untungnya, penurunan yang terjadi pada sisi ekspor dapat diimbangi oleh permintaan produk-produk peningkat daya tahan tubuh di pasar domestik. Hal ini tidak terlepas dari upaya SIDO untuk terus meluncurkan produk baru yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Alhasil, total penjualan SIDO masih bisa naik tipis sekitar 2,38% menjadi Rp 730,71 miliar di tiga bulan pertama tahun ini.
“Sepanjang kuartal pertama tahun 2020 ini perusahaan telah meluncurkan produk kesehatan berupa soft-gel kapsul yang terdiri dari beberapa varian seperti Tolak Angin, Tolak Linu, Sari Kunyit, VCO dan beberapa jenis vitamin yang dapat dikonsumsi untuk meningkatkan dan menjaga daya tahan tubuh,” kata Leonard (21/4).
Baca Juga: SIDO bagi dividen Rp 401,87 miliar atau Rp 27 per saham, ini detail jadwalnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News