kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Tekan Emisi, Bukit Asam (PTBA) Akan Gunakan Teknologi Penangkapan Karbon di PLTU


Selasa, 28 November 2023 / 05:42 WIB
Tekan Emisi, Bukit Asam (PTBA) Akan Gunakan Teknologi Penangkapan Karbon di PLTU
ILUSTRASI. Bukit Asam Tbk (PTBA) akan memanfaatkan carbon capture storage (CCS) di PLTU demi mengurangi emisi.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kurang emisi karbon, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan memanfaatkan teknologi penangkapan karbon atau carbon capture storage (CCS) di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). 

Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail mengatakan, PTBA telah merangkai peta jalan transisi energi sampai 2060. Salah satu strateginya ialah menjajaki diversifikasi bisnis di luar batubara termasuk pengembangan pembangkit energi baru terbarukan (EBT). 

Pada program jangka menengah dari sisi pengembangan bisnis, Bukit Asam akan melakukan proyek percontohan (pilot project) carbon capture storage (CCS) di PLTU. 

Rencananya, dalam program jangka panjang atau sampai 2060, CCS ini sudah dapat diimplementasikan pada pembangkit batubara eksisting. 

“Saat ini kami baru menyelesaikan PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 bekerja sama dengan China Huadian kapasitas 2x660 MW dan sudah beroperasi Oktober kemarin. Ini yang paling besar masuk sebagai proyek strategis nasional (PSN),” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI, Senin (27/11). 

Baca Juga: Tekanan pada Kinerja Emiten Saham Batubara Belum Reda, Simak Rekomendasi Analis

Arsal menyatakan, pemanfaatan CCS di PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 sudah masuk ke dalam perencanaan bisnis jangka panjang. 

Sebelum mengimplementasi teknologi penangkapan karbon, PTBA berupaya menurunkan emisi di pembangkit batubaranya dengan memanfaatkan biomassa sebagai co-firing atau campuran batubara di PLTU. 

Selain memanfaatkan CCS, PTBA juga meningkatkan pemanfaatan hidrogen di alat tambang dan peningkatan porsi bauran energi baru terbarukan (EBT) pada operasional tambang. 

Tidak hanya itu, Bukit Asam juga akan mengerek pendapatan bisnis hjau di mana menjajaki peluang gasifikasi coal bed methane (CBM). 

“Di tahun ini kami sudah realisasikan beberapa program transisi energi yakni menggunakan elektrifikasi pada peralatan pertambangan, reforestasi, hingga pembangunan PLTS,” ujar Arsal. 

Perihal elektrifikasi, PTBA telah mengunakan 7 unit shovel electric, 40 unit hybrid dump truck, 15 unit bus listrik untuk operasional tambang. 

Kemudian, PTBA juga telah melakuan reklamasi dan rehabilitasi area bekas tambang di mana sampai dengan Oktober 2023 realisasinya sudah mencapai 2.198 hektare. Prognosa reforestasi di sepanjang tahun ini seluas 2.220 ha. 

Adapun sampai dengan tahun ini, Bukit Asam juga telah membangun 6 PLTS dengan perincian, dua PLTS merupakan proyek komersial bekerja sama dengan Jasa Marga dan Angkasa Pura (AP) 2 serta empat PLTS berupa proyek tanggung jawab sosial (CSR). 

Arsal mengungkapkan, Bukit Asam menargetkan pendapatan dari bisnis energi sebesar 30% pada 2030 mendatang. 

Beberapa upaya yang akan dilakukan dari sisi keuangan dan tata kelola ialah penjajakan pendaan proyek hijau dengan lembaga keuangan hingga join partnership lembaga keuangan untuk mendukung dekarbonisasi. 

Baca Juga: Emiten Tambang Anggota Indeks Kompas100 Ini Punya ROE Tinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×