Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
Batubara peringkat rendah di Indonesia sangat berlimpah dan potensinya cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai prekursor karbon dalam pembuatan anoda baterai. Pada umumnya, batubara menghasilkan senyawa hidrokarbon ketika dibakar dengan oksigen dan menghasilkan panas.
Namun, jika batubara dipanaskan dalam kondisi tanpa oksigen, maka akan didapatkan hidrokarbon dalam bentuk ter batubara yang dapat diolah lebih lanjut menjadi pitch. Proses pembuatan ter batubara ini dikenal sebagai pirolisis, sementara proses pengolahan ter menjadi pitch biasanya melalui distilasi. Kedua proses ini telah diteliti dan dikuasai oleh para peneliti Puslitbang Tekmira Kementerian ESDM.
Walau demikian, tidak semua bagian dari pitch tersebut dapat dijadikan grafit sintetik sehingga perlu proses modifikasi dan ekstraksi menggunakan pelarut. Hanya sekitar 30%-40% dari pitch yang dapat diekstrak dan kemudian dapat dijadikan prekursor karbon untuk pembuatan grafit sintetik. Produk hasil ekstraksi sering juga disebut sebagai mesophase pitch, karena mengandung 100% karbon yang dapat dikonversi menjadi grafit.
Ketua Tim Penelitian Phiciato memaparkan, proses pembuatan grafit sintetik secara konvensional, baik yang menggunakan minyak bumi maupun batubara harus melalui proses pada suhu ekstrim sekitar 2.000--3.000 derajat celcius.
Baca Juga: Permudah pembayaran tagihan GasKita, PGN gandeng Pegadaian
Kondisi ini sulit diterapkan secara ekonomis pada skala industri. Dengan bantuan katalis, suhu proses dapat diturunkan hingga mendekati 1.000 derajat celcius. Hasil pengamatan dengan X-Ray Diffraction menunjukkan grafit sintetik dapat terbentuk pada suhu 1.200 derajat celcius dengan bantuan katalis berbasis Fe (Ferrum).
"Kunci keberhasilan dipengaruhi dua aspek yaitu efektivitas pembuatan mesophase dan pemilihan jenis katalis. Saat ini, tim peneliti masih berfokus pada pembuatan mesophase dan ke depan akan mengembangkan katalis yang cocok dan ekonomis,” ujar Phiciato.
Peneliti Muda Puslitbang Tekmira ini menguraikan, pada prinsipnya grafit sintetik dapat disintesa dari segala jenis material karbon seperti biomassa, jelaga, arang, dan limbah industri, asalkan memiliki media katalis yang cocok dan jaminan ketersedian pasokan.
Jika dibandingkan dengan biomassa, kandungan karbon tetap atau fixed-carbon pada batu bara rata-rata 2—3 kali biomassa. Hal ini yang mendasari pemilihan batu bara dan turunannya sebagai prekursor karbon yang ekonomis. Semakin tinggi kandungan karbon tentu berdampak pada semakin baiknya keekonomian proses grafitisasi.
Selanjutnya: BI: Indeks keyakinan konsumen bulan Desember 2020 menguat ke 96,5
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News