Reporter: Merlinda Riska | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menargetkan penandatanganan kontrak pembuatan satelit Telkom 3S bisa berjalan April nanti. Pasalnya, proses tender proyek ini sudah memasuki tahap final.
Rizkan Chandra, Direktur Network and Solution Telkom mengatakan Telkom-3S adalah satelit pengganti Telkom-3 yang gagal meluncur karena keluar dari jalur orbit.
Telkom sendiri sudah menggelar tender pengadaan satelit Telkom-3S sejak akhir 2013. "Saat ini sudah masuk tahap finalisasi. Ada sekitar tujuh peserta. Estimasi tanda tangan kontrak bisa April ini," kata Rizkan, Selasa (18/3).
Sayang, Rizkan enggan mengungkap siapa saja para peserta tender ini. Yang jelas, saat ini Telkom sedang mempertimbangkan secara seksama mitra untuk meluncurkan satelit Telkom-3S. "Yang pasti tidak ada Rusia," ujarnya. Maklum, saat meluncurkan satelit Telkom-3 tahun 2012, Telkom menggandeng ISS-Reshetnev asal Rusia.
Lantaran sebagai satelit pengganti Telkom-3, nilai investasi dan peruntukannya tidak jauh beda dengan satelit sebelulmnya. Satelit Telkom-3 yang dibangun oleh ISS-Reshetnev dengan perangkat komunikasi dibuat oleh Thales Aleniaspace ini membutuhkan investasi senilai US$ 185 juta. "Investasinya sama dengan satelit Telkom-3, sekitar Rp 2 triliun," ungkap Rizkan.
Demi proyek ini, Telkom tengah menjajaki pinjaman dari perbankan asing ataupun lokal. Pendanaan dari pinjaman perbankan ini akan memberi porsi 20%-30%. Sisanya dari kas internal Telkom.
Satelit Telkom-3S nantinya akan menempati slot orbit di di 118°derajat Bujur Timur (BT). Rizkan berujar, satelit ini berisi 49 transponder. Menurutnya, mayoritas akan digunakan sendiri untuk kebutuhan Grup Telkom. Sisanya baru disewakan. "Sebanyak 80% penyewa adalah operator. Permintaan sewa transponder ini sudah banyak. Maka itu, kami targetkan pada Juli 2016, satelit Telkom-3S bisa diluncurkan," imbuhnya.
Malah saking banyaknya permintaan, setelah Telkom-3S meluncur, Telkom siap meluncurkan satelit baru lagi. Meski slot 180 derajat BT dan 181 derajat BT sudah terisi dan usia satelit bisa sampai 15 tahun, Telkom melihat potensi bisnis satelit sangat besar. "Permintaannya sangat kuat, setelah Telkom-3S meluncur, kami akan meluncurkan lagi. Nanti bisa memakai skema kondosat atau skema yang lain," tuturnya.
Sekadar informasi, tarif pasar untuk sewa per transponder ukuran standar (36 MHz) per 20 November 2012 lalu adalah sekitar US$ 850.000 sampai dengan US$ 1,2 juta per tahun.
Berdasar data Asosiasi Satelit Seluruh Indonesia (ASSI) kebutuhan transponder satelit di Indonesia untuk tahun ini bakal naik 20% menjadi 232 unit. Sementara itu, kapasitas atau kemampuan transponder nasional cuma 110 unit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News