kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Telkom (TLKM): Monetisasi 5G masih sulit diprediksi


Senin, 15 Juli 2019 / 10:47 WIB
Telkom (TLKM): Monetisasi 5G masih sulit diprediksi


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM, anggota indeks Kompas100 ini) menilai monetisasi teknologi 5G saat ini masih sulit diraba. Dari beberapa negara yang sudah terlebih dahulu menerapkan teknologi tersebut, terlihat monetisasinya masih belum firm.

Ririek Adriansyah, Direktur Utama TLKM menjelaskan saat ini teknologi 5G memang ditunggu seluruh dunia. Tahun lalu, saat gelaran Asian Games 2018 bahkan TLKM sudah mulai uji coba jaringan super cepat tersebut.

"Banyak use case yang secara teori bisa dilakukan 5G, tetapi yang nyata bisa dimonetisasi belum banyak. Sudah banyak negara yang menerapkan 5G tetapi masih kesulitan," ujarnya di Jakarta, Senin (15/7)

Ia menambahkan, kendati dengan memiliki kecepatan internet super cepat 5G akan membantu banyak bisnis digital tumbuh. Namun tidak semua bisa diaplikasikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Ia menjelaskan bahwa teknologi 5G telah digunakan TLKM untuk mobil tanpa sopir secara terbatas saat Asian Games 2018. Penerapan itu akan menjadi tidak relevan bila digunakan pada jalanan ibukota dengan banyaknya persoalan kedisiplinan berkendara.

"Kalau mau diterapkan ya masih di daerah yang closed area seperti di kawasan industri misalnya khusus untuk mengangkut barang dan karyawan," lanjutnya.

Dengan begitu maka teknologi 5G masih cukup sulit untuk menyasar konsumen gadget. Sebab kecepatan internet yang sudah digelar melalui jaringan 4G sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

"Semua spektrum yang layak dipakai itu sebenarnya masih digunakan jadi belum ada yang idle. Jadi Kominfo juga berat karena harus bebaskan spektrum 100 MHz. Dari kaca mata operator juga berat karena monetisasinya belum clear," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×