kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.204   62,76   0,88%
  • KOMPAS100 1.106   11,08   1,01%
  • LQ45 878   11,31   1,31%
  • ISSI 221   1,16   0,53%
  • IDX30 449   6,13   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,20   0,97%
  • IDX80 127   1,37   1,09%
  • IDXV30 135   0,73   0,54%
  • IDXQ30 149   1,60   1,08%

Terdampak corona, produksi alat berat diproyeksi anjlok hingga 52% tahun ini


Rabu, 17 Juni 2020 / 19:52 WIB
Terdampak corona, produksi alat berat diproyeksi anjlok hingga 52% tahun ini
ILUSTRASI. Produksi Alat Berat


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan alat berat diperkirakan masih belum akan membaik dalam waktu dekat. Seiring dengan hal ini,  Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (HINABI) memperkirakan produksi alat berat hingga tutup tahun 2020 bakal anjlok sampai 52% dibanding realisasi produksi tahun lalu. 

Ketua Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (HINABI) Jamaluddin mengatakan, mulanya pihaknya memiliki rencana untuk mengejar target produksi 7% lebih rendah dari realisasi produksi tahun lalu yang mencapai 6.060 unit. Namun demikian, rencana produksi ini kemudian direvisi menjadi turun 52% atas dasar pertimbangan permintaan yang melesu di tengah mewabahnya pandemi corona (covid-19).

Baca Juga: Intip upaya Astra International (ASII) mengatasi tekanan bisnis di tengah Covid-19

Planning kami mulanya itu mau produksi 7% lebih rendah dari 2019, gara-gara corona kami turunkan lagi 45% jadi 52%, jadi di tahun 2020 rencana produksi alat berat Indonesia hanya di level 3.000,” kata Jamaluddin kepada Kontan.co.id, Rabu (17/6).

Menurut Jamaluddin, imbas efek gulir corona sudah dirasakan industri alat berat sejak Februari 2020 lalu. Kala itu, industri alat berat dalam negeri sudah mulai merasakan adanya penurunan permintaan dari  beberapa sektor, terutama dari sektor pertambangan. 

Tak pelak, realisasi produksi alat berat pada tiga bulan pertama tahun ini hanya mencapai 1.016 unit. Realisasi ini merosot 41,37% bila dibandingkan dengan realisasi produksi periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 1.733 unit. “Corona kan mulai Februari 2020, ujung-ujungnya negara tujuan ekspor komoditas batubara pada lockdown, kita  jadi enggak bisa ekspor,” jelas Jamalulddin.

Gejala penurunan permintaan juga diamini oleh sejumlah pemain alat berat. Presiden Direktur  PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) Djonggi Gultom mengungkapkan, pihaknya mendapati adanya penurunan permintaan alat berat terhitung sejak April 2020 lalu. 

Baca Juga: Kinerja Emiten Saham di BEI Masih Bakal Lesu di Kuartal II-2020

Penurunan permintaan alat berat utamanya dijumpai pada sektor pertambangan yang biasanya berkontribusi menyerap 50% total penjualan alat berat. Akibatnya, penjualan alat berat HEXA merosot 30% dibanding biasanya. Untuk mengimbangi penurunan permintaan alat berat, HEXA tengah menggenjot pendapatan dari segmen usaha jasa  pemeliharaan dan perbaikan serta penjualan suku cadang. 

Sebagai gambaran, pendapatan segmen usaha jasa pemeliharaan dan perbaikan tercatat menyumbang pendapatan sebesar US$ 54,94 juta atau setara dengan 17,15% dari total penghasilan neto HEXA di sembilan bulan pertama tahun fiskal April 2019 - Maret 2020.

Sementara itu, segmen penjualan suku cadang menyumbang pendapatan sebesar US$ 78,49 juta atau setara dengan  24,50% penghasilan neto HEXA di periode yang sama. Sebanyak 58,35% penghasilan neto sisanya berasal dari segmen penjualan alat berat dan jasa komisi yang tercatat sebesar US$ 186,98 juta  selama April 2019 - Desember 2019 lalu.

Selain menggenjot pendapatan dari segmen  pemeliharaan dan perbaikan serta penjualan suku cadang, HEXA juga akan memfokuskan penjualan alat berat ke sektor perkebunan dan konstruksi.Menurut Djonggi, meski tidak kebal dari efek pandemi, kedua sektor ini memiliki permintaan alat berat yang relatif lebih stabil bila dibandingkan dengan sektor pertambangan.

Baca Juga: Tak Cuma Proyek Batubara, Darma Henwa Juga Menggarap Jasa Tambang Timah Hingga Emas

“Karena agro khususnya sawit kalau ditanam sekarang panennya bisa 3 - 4 tahun mendatang di mana covid 19 sudah hilang, konstruksi juga kebutuhannya untuk jangka panjang kan,” terang Djonggi kepada Kontan.co.id pada Rabu (17/6).

Gejala serupa juga dirasakan oleh PT United Tractors Tbk (UNTR). Investor Relations United Tractors Ari Setiawan menyebutkan bahwa kinerja penjualan alat berat perusahaan turut terdampak oleh efek gulir pandemi corona.

Catatan Kontan.co.id sebelumnya, entitas Grup Astra ini hanya berhasil menjual 100 unit alat berat Komatsu atau turun 33% secara bulanan atau month on month (mom). Jika diakumulasi dalam empat bulan, penjualan alat berat Komatsu UNTR turun 50% secara year on year (yoy) menjadi 717 unit. 

Menyikapi kondisi yang ada, UNTR tengah menggodok strategi untuk menyiasati permintaan alat berat yang melesu. Untuk itu, UNTR masih Riset pasar terus dilakukan guna merumuskan strategi yang tepat. “Perseroan terus memonitor kondisi saat ini dan juga sektor-sektor yang terkait dengan penjualan alat berat,” kata Ari kepada Kontan.co.id, Rabu (17/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×