kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tiga anak usaha Pertamina yang dinilai prospektif untuk IPO Semester II 2021


Rabu, 17 Februari 2021 / 15:40 WIB
Tiga anak usaha Pertamina yang dinilai prospektif untuk IPO Semester II 2021
ILUSTRASI. Tiga anak usaha Pertamina yang dinilai prospektif untuk IPO Semester II 2021


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) berencana untuk merealisasikan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada anak atau cucu usahanya. Rencananya, IPO akan digelar pada Semester II tahun ini.

Pilihan unit usaha yang akan IPO dikabarkan mengerucut pada tiga entitas bisnis di bawah holding perusahaan minyak dan gas bumi (migas) BUMN tersebut. Ketiganya adalah PT Pertamina Power Indonesia (PPI), PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), dan PT Pertamina Internasional Shipping (PIS).

Menanggapi kabar tersebut, pengamat BUMN dari Universitas Indonesia Toto Pranoto mengatakan IPO menjadi salah satu cara yang mendapatkan pendanaan eksternal. Langkah ini juga dilakukan oleh sejumlah perusahaan migas global atau National Oil Company (NOC) lainnya.

"Misalnya Petronas go public anak usaha seperti Petronas Chemical atau Petronas Carigali. Langkah serupa juga dilakukan Exxon," ujar Toto kepada Kontan.co.id, Rabu (17/2).

Baca Juga: Jadi dirut Pertamina Power, Dannif Danusaputro mundur dari Mandiri Sekuritas

Dia pun melihat bahwa rencana IPO kelompok usaha Pertamina yang berbasis energi terbarukan (PPI dan PGE) memiliki prospek yang baik. Terutama di tengah komitmen global dan upaya pemerintah dalam mencapai transisi ke energi bersih (green energy).

Pemerintah pun sedang mengejar target bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) 23% pada tahun 2025. Sokongan investasi dan upaya ekstra diperlukan lantaran saat ini realisasinya masih jauh dari target, yakni baru sekitar 11%.

"Investasi di renewable energy ini membutuhkan alokasi capex yang luar biasa besar. Sehingga langkah Pertamina ini saya anggap sudah tepat," jelas Toto.

Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa. Menurutnya, ekspansi bisnis PPI di sektor pembangkit energi terbarukan (ET) non-panas bumi dan ekspansi PGE di pengembangan panas bumi membutuhkan investasi yang besar.

Pembentukan anak usaha di sektor energi terbarukan, sambung Fabby, merupakan bagian dari strategi Pertamina menghadapi fenomena transisi energi global. Oleh sebab itu, Pertamina harus melakukan diversifikasi bisnis dengan memperkuat bisnis non-migas khususnya pembangkitan listrik berbasis ET.

Baca Juga: Pertamina International Shipping dinilai layak untuk melantai di bursa saham

Dengan kondisi finansial Pertamina saat ini, IPO menjadi salah satu cara untuk memperkuat modal dan pendanaan bisnis tersebut. "Lewat IPO itu pendanan tersebut bisa didapatkan. Jadi dalam konteks itu saya menilai IPO ini ideal karena mereka memang butuh modal tambahan untuk ekspansi bisnis. ," kata Fabby.

Prospek pasar akan menjadi lebih besar seandainya wacana pembentukan holding BUMN panas bumi jadi direalisasikan. Seperti diketahui, sebelumnya beredar wacana pembentukan holding BUMN panas bumi, yang mana PGE akan menjadi induk usahanya.

Menurut Toto Pranoto, holding panas bumi BUMN bisa memberikan value creation dan efisiensi operasional (cost reduction program) yang lebih besar. Termasuk potensi membesarkan sales ke PT PLN (Persero) dengan jaringan yang lebih terintegrasi.

"Apabila (PGE) sudah Tbk (terdaftar di bursa saham) lebih dulu, langkah penggabungan tetap bisa dilakukan dengan melihat cases BRIS (Bank Syariah) saat melakukan merger," sebut Toto.

Tak hanya untuk PPI dan PGE, rencana IPO anak usaha Pertamina di bisnis shipping company, yakni PIS, dinilai menarik. Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai ketiga anak usaha Pertamina itu memiliki prospek yang positif untuk diminati pasar.

"Ketiga bergerak pada segmen usaha yang cukup porspektif. Nama dan reputasi Pertamina saya kira akan menjadi nilai jual tersendiri di pasar saham," ujar Komaidi.

Ekspansi PPI, PGE dan PIS

Hingga tulisan ini dibuat, sayangnya pihak Pertamina belum memberikan konfirmasi atas rencana IPO tiga entitas bisnisnya tersebut. SVP Corporate Communication and Investor Relation Pertamina Agus Suprijanto belum menjawab permintaan konfirmasi dari Kontan.co.id. Begitu juga dengan Corporate Secretary Subholding Power & NRE Pertamina, Dicky Septriadi.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan IPO kemungkinan besar akan dilakukan di semester kedua 2021. "Di triwulan ketiga dan triwulan keempat kami akan IPO salah satu unit bisnis kami," ungkap Nicke dalam diskusi virtual, Kamis (4/2).

Dalam catatan Kontan.co.id, isyarat untuk IPO subholding Pertamina di sektor bisnis EBT dan shipping pernah disampaikan oleh Nicke Widyawati. "Jadi kami melihat subholding shipping dan renewable energy ini juga sedang kami kaji. Tapi intinya kami belum mengambil keputusan lebih jauh," kata Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, 29 Juni 2020 lalu.

Sebagaimana diketahui, IPO memang menjadi salah satu pekerjaan rumah yang diberikan Menteri BUMN Erick Thohir kepada Pertamina pasca restrukturisasi dilakukan pertengahan tahun lalu.

Pasca restrukturisasi, Pertamina memiliki lima subholding. Pertama, upsteam subholding melalui PT Pertamina Hulu Energi. Kedua, subholding gas (PT Perusahaan Gas Negara Tbk). Ketiga, subholding refinery & petrochemical (PT Kilang Pertamina Internasional).

Keempat, subholding power & NRE (PT Pertamina Power Indonesia). Kelima, subholding commercial & trading (PT Patra Niaga). Selain itu, Pertamina juga menjalankan bisnis shipping company melalui PT Pertamina Internasional Shipping.

Dari ketiga entitas usaha yang dikabarkan akan IPO, masing-masing memiliki rencana ekspansi. Pertama untuk PPI, yang diinformasikan bakal berkontribusi pada Indonesia Battery Holding (IBH) untuk menggarap rantai bisnis tengah (intermediatte) hingga ke hilir.

Baca Juga: Lampu Hijau Smelter Tembaga Freeport dan Tsingshan di Halmahera

PPI akan terlibat dalam pembuatan precursor, katoda, battery cell hingga battery pack. Pabrik baterai yang akan dioperasikan IBH direncanakan memiliki kapasitas 140 Gigawatt hour (GWh). Potensi bisnis lain yang dilirik Pertamina yang berkaitan dengan PPI juga dalam Energy Storage System (ESS) untuk memenuhi kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Dalam situs resminya, komposisi pemegang saham PPI terdiri dari PT Pertamina (Persero) sebanyak 1.547.966 saham (99,999%) dan PT Pertamina Pedeve Indonesia dengan 15 saham (0,001%).

Kedua, PGE. Dalam lima tahun ke depan, PGE berencana untuk menggandakan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) dari kapasitas eksisting sebesar 672 Megawatt (MW) menjadi sekitar 1.300 MW atau (1,3 GW).

Saat ini PGE mengelola 14 Wilayah Kerja Panas bumi (WKP) dengan total kapasitas terpasang sebesar 672 MW yang dioperasikan sendiri (own operation). Selain itu, PGE juga mempunyai 1.205 MW yang dijalankan secara joint operation contract (JOC).

Dalam situs resminya, saham PGE dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) dengan 706.204 saham (91,09%) dan PT Pertamina Pedeve Indonesia dengan 69.052 saham (8,91%).

Ketiga, PIS yang akan memperkuat segmen bisnis shipping. Terbaru, PIS meluncurkan kapal tanker Very Large Crude Carrier (VLCC) berkapasitas 2 juta barel. Tanker berukuran 301.000 DWT itu dibangun di Galangan Japan Marine United (JMU) sejak tahun 2018 dan mulai berlayar pada 9 Februari 2021.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyampaikan bahwa pengadaan VLCC tersebut dilakukan melalui strategi bisnis yang matang, guna memperkuat supply chain. "Proyek pembangunan 2 unit kapal tipe VLCC ini bertujuan untuk mengamankan pasokan kebutuhan minyak mentah ke refinery (kilang) Pertamina," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Rabu (10/2) lalu.

Selanjutnya: Pertamina berkomitmen percepat industri kendaraan listrik di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×