Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Tiga perusahaan kelapa sawit mengajukan sertifikasi minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO). Ketiga perusahaan tambahan tersebut adalah PTPN III, PTPN IV dan PT Sinar Mas."Saya kira dalam tahun ini mereka sudah bisa mendapatkan sertifikasi itu," ujar Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian, Achmad Manggabarani, kemarin (5/8).
Dengan mendapatkan sertifikat RSPO, menurut Achmad, ekspor CPO Indonesia akan diterima di pasar Eropa. Sebab, lazimnya, negara-negara di Eropa mengutamakan mengimpor produk CPO yang memiliki sertifikat RSPO. Untuk itu, Achmad meminta agar produsen CPO nasional menerapkan standarisasi Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO) untuk menangkal sentimen negatif dunia terhadap sawit di Indonesia. "Dengan begitu, ekspor CPO kita tidak hanya masuk ke pasar Cina, India dan Pakistan, tapi juga menembus pasar eropa," kata Achmad.
Berdasarkan catatan Deptan, hingga saat ini di Indonesia baru ada tiga perusahaan sawit yang mendapatkan sertifikasi RSPO. Ketiga perusahaan itu adalah PT Musim Mas di Sorek (Riau) yang memproleh sertifikasi RSPO pada 19 Januari 2009. Lalu, PT Hindoli di Sumatera Selatan pada 26 Februari 2009 dan PT PP London Sumatera di Sumatera Utara pada 30 April 2009. Dari ketiga perusahaan itu, total CPO yang memiliki RSPO hanya sekitar 1,7 juta ton. Padahal, total keseluruhan produksi CPO Indonesia sudah mencapai 20 juta ton. Sekitar 5 juta ton dialokasikan untuk keperluan pasar dalam negeri.
Sedangkan beberapa perusahaan yang sudah diaudit, tapi belum mendapatkan sertifikasi, antara lain, yakni PT Sime Indo Agro di Kalimantan Barat, PT Bakrie Sumatera Plantation di Kisaran, PT Indotruba Tengah Plantatiom di Kalimantan Tengah. Perusahaan itu diaudit pada 23 Mei lalu. Ada juga perusahaan yang diaudit pada 12 Juni, yakni PT Tunggal Mitra dan PT Berkat Sawit Sejati. Yang terakhir adalah PT Agrowiratama di Sumatera Barat yang diaudit pada 15 Juni 2009.
Gagasan sertifikasi CPO diusung oleh para pebisnis CPO yang tergabung dalam kelompok Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Kendati menyerukan kepada pengusaha kelapa sawit untuk memiliki sertikat RSPO, Achmad mengatakan tidak akan ada target berapa perusahaan yang mendapatkan sertifikat RSPO untuk tahun ini. "Semakin banyak perusahaan yang mengajukan RSPO akan semakin bagus," tutur Achmad.
Selama ini komoditi kelapa sawit memang menjadi salah satu andalan pemerintah dalam mendulang devisa. Tahun lalu, ekspor kelapa sawit menyumbang devisa negara sebesar Rp 10,7 miliar dan Rp 13,5 triliun untuk pungutan ekspor. Selain itu, komoditas ini juga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 3,7 juta orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News