Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengklaim telah memiliki kesimpulan sementara dari hasil pemeriksaan sebanyak 33 smelter di Bangka Belitung.
Dalam pemeriksaan ini pemerintah menemukan adanya kejanggalan. Sebab dari 33 smelter ternyata sudah ada 11 smelter berhenti produksi.
Berhentinya produksi di 11 smelter artinya pasokan berkurang. Tapi faktanya masih saja terjadi over suplai di pasar ekspor sehingga menyebabkan harga timah sulit naik.
Inspektur Jenderal Kementerian ESDM, Mochtar Husein menyebut tim audit telah mendatangi sebanyak 33 perusahaan smelter. Dari pemeriksaan ini menemukan hanya 22 perusahaan yang masih aktif berproduksi.
Pun demikian Tim Audit belum bisa menyimpulkan adanya dugaan kebocoran ekspor timah ini, maupun siapa perusahaan yang diduga terlibat.
Untuk itu, saat ini tim masih berfokus mengumpulkan data cadangan timah hasil produksi smelter tersebut. "Sebab selama ini masih banyak perusahaan yang belum melaporkan data cadangan," ujarnya kepada KONTAN, Senin (14/3).
Selanjutnya tim akan melakukan pengecekan berapa banyak volume ekspor dari masing-masing smelter dan eksportir timah dengan data yang dimiliki oleh Kementerian Perdagangan.
"Pengumpulan data di lapangan sudah selesai. Sekarang tinggal mencocokkan data saja dengan Kementerian Perdagangan," katanya.
Selanjutnya tim juga akan memverifikasi darimana asal bahan baku dari masing-masing smelter. Pasokan bahan baku itu akan dibandingkan dengan kapasitas smelter.
Ketua Umum Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI), Jabin Sufianto menyebut anggotanya telah mengikuti pendataan kapasitas dan kapabilitas smelter ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News