Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Dana Pensiun Norwegia, KLP, memutuskan untuk mendivestasi portofolio dari semua perusaahan yang memiliki lini usaha batubara. Secara total, KLP mendivestasi 46 perusahaan di seluruh dunia dengan nilai total sekitar 3,2 miliar Krone Norwegia atau setara US$ 366 juta dolar.
Di antara perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT Astra Internasional Tbk (ASII) dan PT United Tractors Tbk (UNTR). Menurut analis keuangan untuk sektor energi dari Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA), Elrika Hamdi, saat ini sedang terjadi tren global untuk melakukan divestasi atas kepemilikan saham maupun obligasi terhadap perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor energi fosil.
"Yang dilakukan KLP dalam hal ini bukanlah hal baru, dan memang perjalanannya sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu. Namun kriteria yang mereka terapkan sekarang lebih ketat dibanding sebelumnya," kata Elrika dalam keterangan tertulisnya, Rabu (8/5).
Elrika mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir sudah ada lebih dari 1.000 investor di seluruh dunia yang mulai melepas saham-saham mereka atas perusahaan minyak dan gas maupun batubara, dan memilih untuk mengalokasikan capital mereka pada sektor lain yang lebih berkelanjutan.
Adapun, kepemilikan saham KLP di ASII adalah sebanyak 25,3 juta Krone Norwegia dan di UNTR sebanyak 10,6 juta Krone Norwegia. Nilai total investasi di kedua perusahaan tersebut adalah 35,9 juta Krone Norwegia atau setara Rp 59 miliar.
Kendati demikian, Elrika menyampaikan bahwa kepemilikan KLP di Astra Internasional dan United Tractors yang dilepas memang tidak signifikan, hanya sebesar 0.01% dan 0.02%.
"Namun bila tren ini diikuti oleh pemegang saham lainnya, tentu akan melimitasi kumpulan investor, yang pada akhirnya melukai kemampuan perusahaan tersebut untuk meningkatkan capital," terangnya.
Menurut Elrika, tren ‘divestment movement’ ini akan semakin kencang dan tidak hanya dijalankan oleh para pension funds, tapi juga institusi finansial lain. Seperti bank dan perusahaan asuransi yang semakin menyadari risiko memiliki portofolio di perusahaan sektor energi fosil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News