kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tingginya harga kapas membuat pengusaha tekstil memangkas produksi


Rabu, 15 Desember 2010 / 20:30 WIB
Tingginya harga kapas membuat pengusaha tekstil memangkas produksi


Reporter: Yudo Widiyanto | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Meningkatnya harga kapas dunia hingga 30% membuat produsen tekstil ketar-ketir. Agar biaya produksi tidak terlalu besar, pengusaha tekstil mulai memangkas produksinya hingga 20%.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat Usmam bilang, kondisi ini menyulitkan managemen stok pengusaha."Daripada merugi,rata-rata sudah memangkas produksi hingga 20%, sepanjang sejarah tekstil belum pernah terjadi," ungkapnya Rabu,(15/12).

Akibatnya,pemangkasan produksi sudah mulai terjadi di tingkat hulu dan tingkat hilir. Padahal menurut Ade tahun 2010 ini impor bahan baku tekstil sudah mencapai US$ 5 milliar. Kondisi ini diperparah dengan kebijakan Pakistan dan India yang menerapkan bea keluar untuk serat kapas sebesar 15% akhir Oktober lalu. "Mereka gagal panen, mereka lalu mulai proteksi suplai kapasnya," tambah Ade.

Saat ini harga kapas per hari ini sudah US$ 2,9 per kg, sebelumnya hanya US$1,4 per kg. Karena inilah produsen perlahan mulai menaikan harga. Karena keterbatasan suplai, produsen mulai menaikan menaikan harga bahan baku.

Ade memberi contoh, dari produsen garmen menjual kepada produsen kain sudah menjual bahan bakunya lebih mahal 30% dari bulan lalu.

Sementara itu, Ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) dan pemilik Batik Komar, Komarudin Kudiya, mengakui, pasokan kain untuk batik seperti katun dan sutra kini terbatas. Akibatnya harga ikut molonjak tinggi.

Menurut Komar beberapa bulan lalu harga kain sutra hanya Rp 420,000 per kg benang, sekarang harganya melonjak hingga sebesar Rp 550.000 per kg benang. Padahal Komar bilang 1 kg sudah bisa menghasilkan 8 meter kain."Ini dampaknya sangat riil, laba kami turun 20% karena harus memangkas margin," kata Komar.

Tati Suparti, Ketua Asosiasi Batik Praja Gumiwang Indramayu anggotanya mulai merasakan penurunan laba beberapa bulan ini. Agar produksi dengan penjualan tetap seimbang Tati mensiasatinya dengan menjual produk berdasarkan pesanan.

Tapi tetap saja Tati dan anggotanya harus memangkas profit margin hingga 5-10%."Serba salah, pembeli sepi kalau kami naikan harga bisa makin susah, sedangkan kami punya tenaga kerja," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×