Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Efek pelemahan ekonomi domestik turut berpengaruh terhadap bisnis pariwisata di Bali. Tingkat okupansi beberapa hotel di pulau Dewata pun terpangkas.
Menurut Hariyadi Sukamdani, Direktur Utama PT Hotel Sahid Jaya International Tbk, penurunan daya beli berpengaruh terhadap tingkat hunian hotel di Bali, termasuk hotel kelolaan Sahid Group. Maklum, meski menjadi salah satu tempat wisata favorit turus mancanegara, tapi pada kenyataan turis domestik masih mendominasi bisnis hotel di Bali.
"Pelemahan ini membuat sumbangan dari wisatawan dalam negeri jadi berkurang," katanya kepada KONTAN, Senin (28/9). Imbasnya, tingkat hunian hotel Sahid yang ada di Bali pun ikut terpangkas. Bila tahun lalu tingkat okupansi hotel Sahid rata-rata masih bisa 70%-75%, saat ini persentasenya sekitar 60%-65%.
Meski begitu, Hariyadi masih optimistis, tingkat hunian hotel di Bali bakal lebih baik lagi di semester kedua tahun ini. Soalnya, di paruh kedua tahun in, pemerintah mulai membelanjakan anggaran. "Jadi di semester kedua ini akan lebih baik dari awal tahun ini," katanya tanpa merinci lebih lanjut.
Public Relations and Communication Accor Indonesia Herna Lesmana menyatakan, tingkat hunian di hotel mereka yang ada di Bali juga menurun. Hal ini terjadi lantaran sejumlah perusahaan yang menjadi pelanggan Accor mulai memperketat pengeluaran anggaran. Apalagi, turis lokal yang menjadi pelanggan utama Accor Indonesia juga berkurang.
Saat ini sekitar 70% pengunjung hotel kelolaan Accor di Bali adalah turis lokal. Sementara 30% adalah turis asing. Tapi, Herna tidak merinci tingkat hunian hotel Accor yang ada di Bali. Yang jelas, untuk bisa menarik tamu, persaingan harga hotel di Bali tidak bisa dihindari. Accor pun menawarkan promosi sebagai nilai tambah hotel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News