kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Transaksi e-commerce meningkat pesat, infrastruktur logistik harus siap mengikuti


Selasa, 30 November 2021 / 18:28 WIB
Transaksi e-commerce meningkat pesat, infrastruktur logistik harus siap mengikuti
ILUSTRASI. Petugas mengatur aktivitas keluar masuk armada logistik di Jakarta (13/10). Foto/KONTAN/Muradi


Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Lamgiat Siringoringo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi e-commerce semakin meningkat apalagi di masa pandemi seperti saat ini. Bank Indonesia (BI) memprediksi nilai transaksi e-commerce pada 2022 mencapai Rp 530 triliun.

Namun tantangan di saat transaksi terus meningkat adalah kondisi geografis Indonesia yang luas membuat infrastruktur logistik harus ikut memadai. Associate Vice President of Fulfillment Tokopedia, Erwin Dwi Saputra menyebutkan tantangan bagi e-commerce adalah geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan.

"Indonesia negara kepulauan. Pembeli bisa di pulau, sementara penjualnya di Jakarta atau di Bandung. Ini tantangan bagi kami untuk memberi layanan yang sama," kata Erwin dalam webinar Regional Summit 2021 dengan tema Membangun Tulang Punggung Ekspansi E-Commerce, Selasa (30/11).

Ia menambahkan, ketika volume kurir meningkat, seperti volume penjualan UMKM di Tokopedia yang naik 3-5 kali ketika pandemi, maka pengiriman cepat dengan tetap menjaga kualitas produk yang dibeli menjadi tantangan juga.

Hingga kini Tokopedia saat ini bermitra dengan 13 kurir pengiriman dan telah menjangkau 99% kecamatan di seluruh Indonesia. Tokopedia memberi solusi kepada pedagang dalam hal logistik, yaitu menyediakan toko cabang yang memberi layanan kepada penjual untuk menitipkan barang di gudang.

Wakil Ketua Umum Asperindo, Budiyanto Darmastono memaparkan tantangan dari segi pengiriman barang. Pertumbuhan e-commerce yang cukup besar di Indonesia tidak sebanding dengan infrastruktur transportasi. "Kami melihat infrastruktur transportasi belum memadai secara maksimal. Yaitu belum terintegrasi antara HAP, khususnya di pelabuhan. Laut dan udara belum terintegrasi," kata dia.

Ia mencontohkan, infrastruktur yang belum memadai di wilayah Indonesia Timur seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur. Pengiriman barang di Indonesia Timur yang masih mengandalkan penerbangan selama pandemi terhambat.

"Banyak penerbangan yang sebelum pandemi sebagai tulang punggung perusahaan kurir mengirim barang lewat udara, selama pandemi, banyak airline yang mengurangi penerbangan. Sehingga banyak mengalami keterlambatan di Indonesia timur," ungkapnya.

Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak, termasuk pemerintah. Bagaimana membangun infrastruktur terutama melalui jalan tol agar segera selesai agar pengiriman barang antara satu daerah ke daerah lain dapat terlaksana dengan cepat dan murah.

VP Pengembangan Bisnis Ecommerce dan Kelembagaan JNE, Mayland Hendar Prasetyo menjelaskan, sebagai perusahaan jasa pengiriman, JNE beradaptasi dengan culture society impact yang saat ini terbiasa dengan mobile connectivity.

"Perusahaan jasa pengiriman harus mengikuti perkembangan jaman. Yang tadinya secara sistem di awal e-commerce berdiri kita di perusahaan jasa pengiriman masih menggunakan resi kertas, harus datang ke counter, sekarang dengan adanya JNE di Indonesia, menjadi rangking ke delapan dalam mobile connectivity," kata Hendar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×