kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.042.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Tren Belanja Berubah, Bisnis Department Store Terus Tertekan


Selasa, 27 Mei 2025 / 15:41 WIB
Tren Belanja Berubah, Bisnis Department Store Terus Tertekan
ILUSTRASI. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/02/03/2025. Penutupan gerai department store di berbagai kota besar bukan lagi fenomena baru, Matahari Department Store akan menutup delapan tokonya.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penutupan gerai department store di berbagai kota besar bukan lagi fenomena baru. Belakangan, Perusahaan peritel fesyen PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) atau Matahari dikabarkan akan kembali menutup delapan gerainya dalam waktu dekat.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, mengungkapkan bahwa penurunan bisnis di sektor ini sudah terjadi sejak lama. Beberapa pemain besar bahkan telah menutup usahanya secara permanen, seperti Lotus, Centro, dan Golden Truly.

Menurut Alphonzus, perubahan gaya hidup konsumen di kota-kota besar menjadi faktor utama di balik tren ini. Masyarakat kini tidak lagi sekadar mencari produk, tetapi juga menginginkan pengalaman berbelanja yang unik dan berkesan.

“Berbelanja sekarang bukan lagi soal membeli barang, tapi juga tentang customer experience dan customer journey,” jelasnya saat dihubungi KONTAN, Senin (27/5). 

Baca Juga: Matahari Melaporkan Penjualan Rp 4,6 Triliun di Tengah Kondisi Pasar yang Lesu

Ia menegaskan, jika toko fisik tidak mampu memberikan pengalaman yang membedakan dari e-commerce, maka akan sulit bersaing. Peritel yang gagal menyesuaikan diri dengan perubahan ini, menurut Alphonzus, akan semakin tersisih oleh maraknya belanja online. 

“Mereka yang tidak adaptif akan langsung berhadapan dengan e-commerce, dan lambat laun ditinggalkan pelanggan,” ujarnya.

Selain itu, daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah yang belum pulih turut memberi tekanan tambahan, khususnya terhadap kinerja bisnis department store.

Namun demikian, Alphonzus menyebut secara keseluruhan pusat perbelanjaan masih menunjukkan tren positif. Ini terlihat dari ramainya kunjungan serta pembukaan mal-mal baru yang tetap diminati publik.

“Meski ada sektor yang melemah, beberapa kategori seperti hiburan, makanan dan minuman justru terus bertumbuh dengan sangat baik,” pungkasnya.

Baca Juga: Matahari Department Store Cetak Kinerja Apik pada Kuartal I-2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×