Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis KGI Sekuritas Nugroho R. Fitriyanto mengungkapkan mayoritas harga komoditas memang mengalami peningkatan signifikan saat ini termasuk untuk komoditas mineral.
"Secara umum penyebabnya adalah supply chain disruption yang terjadi karena membludaknya permintaan paska pembukaan ekonomi di berbagai negara seiring dengan tingkat vaksinasi yang sudah tinggi," kata Nugroho kepada Kontan, Rabu (27/10).
Nugroho melanjutkan, dalam kondisi ini, sisi suplai mengalami kesulitan untuk mengejar kenaikan dari sisi permintaan. Ketidakmampuan ini pun tak lepas dari dampak pandemi covid-19 di tahun lalu.
Selain tekanan pada sisi produksi, industri juga mengalami tekanan dari sisi pengiriman dimana saat ini angka shipping dinilai masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi covid-19. Ini kemudian berimbas pada biaya transportasi bahan baku yang semakin mahal dan ujungnya meningkatkan harga jual.
Baca Juga: Kementerian ESDM bantah kecolongan ekspor nikel di awal 2020
Nugroho mengungkapkan, tren kenaikan harga ini berpotensi masih terus terjadi hingga semester I 2022 mendatang. "Di semester II 2022 kita akan mereda seiring dengan tingkat produksi komoditas yang sudah mulai ramp-up ke kondisi normal," ujar Nugroho.
Sementara itu, Direktur PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Bernardus Irmanto mengungkapkan hingga saat ini realisasi produksi nikel di kuartal III masih sejalan dengan proyeksi perusahaan. Kondisi positif ini pun juga didukung oleh tren harga yang cukup tinggi yang terjadi.
"Dua faktor tersebut tentu saja berdampak positif terhadap kinerja perusahaan." ungkap Bernardus kepada Kontan, Rabu (27/10).
Meski belum bisa merinci lebih jauh soal realisasi hingga kuartal III 2021, Bernardus memastikan tren harga yang positif menurut analisis pasar diperkirakan masih berpotensi terjadi hingga tahun depan.
Adapun, sepanjang kuartal III 2021 lalu, Vale mengenakan rerata harga jual nikel di London Metal Exchange (LME) sebesar US$ 18.687 per ton.
Baca Juga: Tak hanya batubara, produksi komoditas mineral juga makin membesar
Kenaikan produksi juga dicatatkan oleh PT Freeport Indonesia (PTFI). Head Corporate Communication PTFI Riza Pratama mengungkapkan terjadi kenaikan produksi konsentrat di kuartal III tahun ini jika dibandingkan dengan periode sama di tahun sebelumnya. "Benar ada kenaikan produksi, sekitar 18% sampai 20%," kata Riza kepada Kontan, Rabu (27/10).
Riza menambahkan, tren positif untuk komoditas tembaga dan emas turut memberi dampak pada kenaikan income perusahaan dan juga penerimaan negara.
Kontan mencatat, produksi emas PTFI sebesar 577.000 ounces pada kuartal III 2020 lalu. Sementara untuk produksi dan penjualan tembaga PTFI pada kuartal III 2020 mencapai 543 juta pounds.
Selanjutnya: APBI tak pernah mengajukan usulan kenaikan harga DMO batubara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News