Reporter: Merlinda Riska | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Di sisa dua bulan terakhir tahun ini, PT Trisula International Tbk merevisi target pendapatan. Perusahaan garmen dan ritel produk fesyen itu memproyeksi pendapatan tahun ini sekitar Rp 750 miliar.
Target ini lebih rendah 12,79% dari target awal tahun. Sebelumnya, perusahaan yang tercatat dengan kode TRIS di Bursa Efek Indonesia itu ambisius bisa mengejar target pendapatan Rp 860 miliar hingga akhir tahun 2014.
Manajemen perusahaan Trisula merevisi target pendapatan setelah menengok pencapaian kinerja hingga September 2014. "Target pendapatan di atas Rp 800 miliar agak berat. Jadi kami memprediksi sampai tutup tahun hanya mencapai Rp 750 miliar," kata Direktur Utama Trisula Tjhoi Lisa Tjahjadi kepada KONTAN, Selasa (18/11).
Mengintip laporan keuangan sembilan bulan pertama tahun ini, Trisula mengumpulkan pendapatan Rp 533,33 miliar. Jika disandingkan dengan target awal pendapatan yakni Rp 860 miliar, berarti perusahaan itu masih harus mengejar ketertinggalan target sebesar Rp 326,67 miliar, alias 37,98% target awal.
Sementara jika disandingkan dengan target revisi, kekurangan target pendapatan perusahaan itu lebih kecil, yakni Rp 216,67 miliar. Dalam persentase, Trisula harus mengejar 28,89% sisa target.
Manajemen Trisula menduga, kinerja Januari sampai September yang kurang menggembirakan lantaran dampak dari hajatan politik pemilihan umum. Buntutnya, daya beli masyarakat ikut menurun.
Tak cuma faktor eksternal, perusahaan itu juga menyadari ada kontribusi internal yang membikin kinerjanya tak ciamik. "Saat Lebaran kemarin, pabrik kami hampir tutup sebulan. Jadi cukup mengganggu produksi dan penjualan kami," ungkap Lisa.
Nah, di kuartal IV-2014 ini, Trisula berharap masih mampu mengandalkan momen akhir tahun sebagai katalis positif. Perusahaan itu berharap permintaan produk garmen dan fesyen bisa membesar lantaran terkerek momen Natal dan Tahun Baru.
Namun, manajemen perusahaan Trisula menyadari pertumbuhan penjualan akhir tahun tak akan sebesar momen Lebaran. Hitungan perusahaan itu, momen Lebaran bisa mengerek pertumbuhan penjualan hingga 2,5 kali lipat dari penjualan di bulan biasa. Sementara secara historikal pertumbuhan penjualan di akhir tahun paling banter adalah dua kali lipat.
Selain momen akhir tahun, Trisula bersyukur atas sasaran pangsa pasar perusahaannya yakni menengah ke atas. Keyakinan perusahaan itu, untuk pasar ritel, segmen pasar tersebut lebih resisten dengan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ketimbang segmen menengah ke bawah.
Asal tahu saja, Trisula masih fokus menjajakan tujuh merek produk fesyen andalan. Ketujuh merek itu adalah G2000, JOBB, ManClub, Jack Nicklaus, UniAsia, Mido Uniform dan Hallmark.
Sejauh ini, Trisula belum berencana menambah merek anyar. "Kalau untuk tahun depan belum bisa disclosed. Kami masih membahas dan belum final," imbuh Lisa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News