Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Trisula International Tbk gagal mencapai target penjualannya pada tahun lalu. Produsen dan peritel pakaian jadi itu membukukan penjualan bersih Rp 746,83 miliar, hanya naik tipis 5% di atas penjualan tahun 2013. Padahal, Trisula mematok target penjualan Rp 800 miliar.
Dari segi laba bersih pun Trisula mengalami pertumbuhan negatif. Laba bersih perusahaan anjlok 31% menjadi Rp 24,43 miliar.
Direktur Utama Trisula Tjhoi Lisa Tjahjadi menjelaskan, bisnis ritel memang melambat pada tahun lalu karena tergerus pelemahan rupiah. Apalagi perusahaan asal Singapura, Resort World menunda pemesanan seragamnya menjadi tahun ini.
Asal tahu saja, ekspor memang masih mendominasi penjualan Trisula. Tahun lalu, ekspor Trisula meningkat 7% menjadi Rp 612,62 miliar atau mewakili 82% penjualan, sedangkan ritel tumbuh 14,4% menjadi Rp 167,83 miliar atau setara dengan 22% penjualan.
Melihat pelemahan rupiah masih menghantui bisnis ritel tahun ini, Trisula menahan ekspansi mereknya tahun ini. "Kami akan memperbesar merek-merek yang sudah ada. Hallmark sudah mulai masuk pasar," Lisa kepada KONTAN, Rabu (25/3).
Sekadar mengingatkan, Trisula memperoleh lisensi sebagai distributor merek Hallmark untuk kategori bed and linen tahun lalu. Dus, portofolio merek Trisula kini menjadi tujuh, antara lain JOBB, Jack Nicklaus, UniAsia, Man Club, G2000, dan BONDS.
Trisula sejatinya sudah melakukan penjajakan dengan sejumlah merek internasional yang identitasnya masih dirahasiakan. Namun, kata Lisa, perusahaan baru akan membawa masuk merek tersebut ke Indonesia paling cepat tahun depan.
Meski minim ekspansi merek, Trisula akan melanjutkan ekspansi penambahan jumlah titik penjualannya. Target perusahaan adalah membuka sedikitnya 20 titik penjualan baru sepanjang tahun ini. Per akhir tahun lalu, Trisula tercatat menjalankan 297 titik penjualan, baik gerai milik sendiri maupun yang berada di department store.
Melalui ekspansinya, Trisula optimistis bisa meraih pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi, kurang lebih sebesar 14% menjadi Rp 850 miliar tahun ini. Sayang, Lisa enggan menyebut target laba bersih.
Lisa menjelaskan, sebagai strategi Trisula meraih target, perusahaan akan menggenjot penjualan dalam negeri. "Tahun ini porsi ritel bisa meningkat menjadi di atas 25%," ujarnya.
Trisula sudah menyiapkan belanja modal sebesar Rp 10 miliar-Rp 15 miliar untuk mendanai ekspansinya tahun ini. Selain untuk pembukaan titik penjualan, belanja modal tersebut juga akan dipakai untuk promosi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News