Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan ini truk-truk impor asal China cukup meramaikan pasar Indonesia, terutama di sektor pertambangan mineral. Walau demikian, para agen pemegang merek (APM) truk Tanah Air mengklaim masih dapat bersaing kompetitif untuk segmen pertambangan.
Tren impor truk asal China tampak meningkat setidaknya dua tahun terakhir. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), impor dengan kode Harmonized System (HS) 87042369 tercatat sebanyak US$ 61,47 juta pada 2021, setelah itu meningkat 39,89% year on year (YoY) menjadi US$ 85,99 juta pada 2022 dan kembali tumbuh 31,73% YoY menjadi US$ 113,26 juta pada 2023.
HS 87042369 berisi pengelompokan impor kendaraan bermotor selain pendingin, pengumpul sampah, tanker, lapis baja, hooklift, dumper, hanya dengan mesin diesel atau semi diesel, berukuran lebih dari 24 ton dan lebih rendah atau sama dengan 45 ton, dan bukan berstatus completely knock down (CKD). Sebagian besar HS ini adalah truk diesel.
Baca Juga: Truk Asal China Ramaikan Pasar, Begini Tanggapan UD Trucks
Data impor yang disebutkan tadi merupakan pengiriman truk dari China ke pelabuhan Morowali, Weda, dan Pulau Obi yang notabene dekat dengan kawasan pertambangan mineral, terutama nikel.
Tingginya importasi truk asal China tampak berbanding terbalik dengan tren penjualan truk nasional yang terkoreksi pada 2023.
Merujuk data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) penjualan wholesales (pabrik ke dealer) truk nasional turun 15,05% YoY menjadi 77.581 unit pada 2023. Penjualan retail (dealer ke konsumen) truk nasional juga turun 10,42% YoY menjadi 79.588 unit pada tahun lalu.
Chief Operating Officer Hino Motor Sales Indonesia Santiko Wardoyo tidak menampik fakta bahwa banyak truk merek China yang meramaikan pasar nasional akhir-akhir ini, terutama di kawasan pertambangan atau smelter.
“Biasanya beberapa kontraktor tambang dari China akan memakai kendaraan operasional yang didatangkan langsung dari China, termasuk untuk truk,” ujar Santiko, Selasa (13/2).
Di sisi lain, kontraktor tambang non China biasanya tetap mengandalkan truk-truk dari APM truk dari Indonesia.
Terlepas dari itu, pihak Hino tidak merasa terganggu oleh maraknya truk asal China di industri pertambangan. Sebab, Hino telah berkecimpung di banyak sektor industri. Khusus sektor pertambangan, Hino menjual truk untuk pengangkutan banyak komoditas, tidak hanya komoditas mineral seperti nikel, melainkan juga batubara.
Hino juga banyak menjual produknya ke sektor non tambang seperti infrastruktur dan logistik yang memiliki permintaan besar. Dengan demikian, Hino mampu mendiversifikasi risiko persaingan pasar.
Sebagai pengingat, tahun 2023 penjualan truk Hino terkoreksi 20% sejalan dengan tren penurunan truk di pasar domestik. Hino tetap yakin dapat meraih penjualan yang lebih tinggi pada tahun 2024. Sektor pertambangan kembali menjadi andalan bagi Hino terlepas dari ketatnya persaingan pasar di sana.
Baca Juga: Isuzu Berharap Bisa Tingkatkan Penjualan Truk pada 2024
Sementara itu, Marketing and Business Development Head UD Trucks Astra Motor Indonesia Christine Arifin menyebut, secara umum pasar truk di Indonesia masih dikuasai oleh merek-merek asal Jepang dan beberapa pemain baru dari negara lain seperti China mulai penetrasi ke pasar Tanah Air.
"Sampai saat ini truk asal China masih belum bisa menggeser dominasi truk lokal dari merek-merek Jepang, walau kehadiran mereka (truk China) di beberapa segmen industri mulai terlihat," ungkap dia, Selasa (13/2).
Yang terang, persaingan pasar truk nasional akan semakin menarik seiring kehadiran truk asal China di sektor pertambangan.
Di tengah derasnya importasi truk China, UD Trucks senantiasa memastikan produk truk yang dijualnya dapat terus beroperasi optimal sesuai kebutuhan para pelanggan. UD Trucks juga fokus memperkuat kualitas purnajualnya kepada pelanggan.
Berdasarkan data Gaikindo, total penjualan wholesales UD Trucks terkoreksi 9,7% YoY menjadi 1.799 unit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News