Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Ketut menjelaskan, prospek bisnis perkantoran tetap positif menyusul tingginya permintaan ruang perkantoran. Ketut menambahkan, ekonomi Indonesia yang terus tumbuh membuat sektor usaha juga ikut berkembang dan tentunya membutuhkan banyak ruang kantor untuk beraktivitas. Hal ini memberikan keyakinan bahwa properti sub sektor perkantoran akan tetap cerah.
Kepala Riset konsultan properti Savills Indonesia, Anton Sitorus memastikan tingkat kekosongan ruang perkantoran di Jakarta akan membaik pada 2020. Hal ini ditopang dengan tingginya permintaan ruang perkantoran dari perusahaan teknologi khususnya operator ruang kerja bersama.
Baca Juga: Lippo Karawaci (LPKR) Dikabarkan Menjajakan Bisnis Non-Inti
Anton mengatakan bahwa pada 2020 tingkat kekosongan (vacancy rate) untuk ruang perkantoran diprediksi bisa berada di bawah kisaran 25%. Menurutnya, penurunan tingkat kekosongan akan didorong oleh jumlah pasokan yang mulai berkurang dan meningkatnya permintaan ruang perkantoran dari ruang kerja bersama (co-working space).
Kata Anton, tahun depan trennya vacancy akan mulai menurun meski masih ada proyek-proyek (perkantoran) baru yang akan masuk ke pasar. Namun, titik penurunan terendahnya sudah lewat sehingga tahun depan diperkirakan tingkat kekosongan tidak akan naik lagi.
Lukas Bong, Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) melihat, pasar properti akan terus bergeliat, termasuk di sektor perkantoran. Apalagi, seiring dengan kian banyaknya investasi masuk ke Indonesia. Belum lagi, kebutuhan tempat tinggal masih tinggi.
Baca Juga: Keluarga Riady Menambah Kepemilikan Saham di Lippo Karawaci (LPKR)
Lukas mengatakan, properti merupakan kebutuhan manusia sebagai tempat tinggal maupun investasi. Tak heran, pengembang besar, juga terus berinovasi menawarkan properti yang terbaik, termasuk perkantoran. AREBI melihat bahwa properti dengan harga di bawah Rp 500 juta akan terus tumbuh dengan baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News