Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), melakukan penutupan atap (topping off) menara perkantoran Holland Village Jakarta (HVJ) Lippo Tower, Rabu (20/11) lalu.
Pelaksanaan topping off dilakukan oleh Presiden Direktur Lippo Karawaci, Ketut Budi Wijaya bersama dengan Presiden Direktur PT Nusa Konstruksi Enjiniring, Djoko Eko Suprastowo dan Chief Marketing Officer Lippo Karawaci, Jopy Rusli.
Baca Juga: Lippo Karawaci gandeng Softbank untuk kembangkan IoT dan AI di sektor real estate
Ketut Budi Wijaya bersyukur topping off HVJ Lippo Tower berjalan lancar. Ia optimistis proyek perkantoran HVJ akan segera beroperasi dan perusahaan berkomitmen memenuhi jadwal serah terima pada akhir tahun 2020.
Menurut Ketut, proyek perkantoran Lippo Tower yang berlokasi di Cempaka Putih, Jakarta Pusat dimaksud letaknya sangat strategis dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat urban.
Kawasan HVJ dibangun secara terintegrasi menggabungkan hunian, pusat belanja dan rekreasi, serta rumah sakit dan sekolah. Adapun kawasan mal dari HVJ telah terlebih dahulu melakukan topping off beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Pemegang saham LPKR berubah, terjadi jual beli internal Lippo Rp 1,6 triliun
Kawasan HVJ mengusung konsep urban central living dan dibangun di atas lahan seluas tujuh hektare. HVJ merupakan proyek pengembangan kawasan terpadu yang terbesar di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Pembangunan HVJ menyusul kesuksesan pembangunan Kemang Village di Jakarta Selatan dan The St. Moritz Penthouse & Residences di Puri Indah, Jakarta Barat.
Tambah dia, proyek ini akan menjadi proyek pengembangan kawasan terpadu yang terbesar di Cempaka Putih. Lokasinya yang strategis akan jadi titik pertemuan antara Jakarta Pusat, Utara, dan Jakarta Timur. “Ini kekuatannya," tegas Ketut dalam keterangannya, Kamis (28/11).
Baca Juga: Terpopuler: Grup Lippo akan jual bisnis non inti|Perhiasan jadi alat bayar digital
Ketut menjelaskan, prospek bisnis perkantoran tetap positif menyusul tingginya permintaan ruang perkantoran. Ketut menambahkan, ekonomi Indonesia yang terus tumbuh membuat sektor usaha juga ikut berkembang dan tentunya membutuhkan banyak ruang kantor untuk beraktivitas. Hal ini memberikan keyakinan bahwa properti sub sektor perkantoran akan tetap cerah.
Kepala Riset konsultan properti Savills Indonesia, Anton Sitorus memastikan tingkat kekosongan ruang perkantoran di Jakarta akan membaik pada 2020. Hal ini ditopang dengan tingginya permintaan ruang perkantoran dari perusahaan teknologi khususnya operator ruang kerja bersama.
Baca Juga: Lippo Karawaci (LPKR) Dikabarkan Menjajakan Bisnis Non-Inti
Anton mengatakan bahwa pada 2020 tingkat kekosongan (vacancy rate) untuk ruang perkantoran diprediksi bisa berada di bawah kisaran 25%. Menurutnya, penurunan tingkat kekosongan akan didorong oleh jumlah pasokan yang mulai berkurang dan meningkatnya permintaan ruang perkantoran dari ruang kerja bersama (co-working space).
Kata Anton, tahun depan trennya vacancy akan mulai menurun meski masih ada proyek-proyek (perkantoran) baru yang akan masuk ke pasar. Namun, titik penurunan terendahnya sudah lewat sehingga tahun depan diperkirakan tingkat kekosongan tidak akan naik lagi.
Lukas Bong, Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) melihat, pasar properti akan terus bergeliat, termasuk di sektor perkantoran. Apalagi, seiring dengan kian banyaknya investasi masuk ke Indonesia. Belum lagi, kebutuhan tempat tinggal masih tinggi.
Baca Juga: Keluarga Riady Menambah Kepemilikan Saham di Lippo Karawaci (LPKR)
Lukas mengatakan, properti merupakan kebutuhan manusia sebagai tempat tinggal maupun investasi. Tak heran, pengembang besar, juga terus berinovasi menawarkan properti yang terbaik, termasuk perkantoran. AREBI melihat bahwa properti dengan harga di bawah Rp 500 juta akan terus tumbuh dengan baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News