kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Turki siap bangun industri mesin tekstil di Indonesia


Minggu, 09 Oktober 2011 / 15:53 WIB
Turki siap bangun industri mesin tekstil di Indonesia
ILUSTRASI. Stasiun pengumpul batu bara milik PT Kaltim Prima Coal (KPC) di Sangatta, Kalimantan Timur. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Sofyan Nur Hidayat |

JAKARTA. Industri tekstil di Indonesia akan terbantu dengan kehadiran pabrik mesin pertekstilan yang rencananya akan dibangun oleh Turki. Maklum saat ini mesin pertekstilan hanya bisa diperoleh dengan mengimpor, padahal sekitar 3.000 mesin tekstil di Indonesia butuh peremajaan.

Menteri Perindustrian, MS Hidayat mengatakan dalam kunjungannya ke Turki akhir pekan kemarin, pemerintah Republik Indonesia dan Republik Turki sepakat meningkatkan kerjasama di bidang industri dan pengembangan teknologi. "Di bidang mesin tekstil, Turki berencana investasi pada industri permesinan tekstil di Indonesia," ungkap Hidayat.

Rencana investasi itu disampaikan dalam pertemuannya dengan Menteri Sains, Industri dan Teknologi Turki, Nihat Ergun di Hotel Conrad, Istanbul, Turki, 5 Oktober 2011 lalu. Pertemuan bilateral itu dilakukan di sela-sela 2nd D-8 Ministerial Meeting on Industry yang berlangsung 4-6 Oktober 2011 di Istanbul, Turki. "Mudah-mudahan akhir bulan ini pembahasan investasi itu sudah dapat difinalisasi di Jakarta," harap Hidayat.

Investasi Turki di bidang mesin tekstil itu juga sekaligus untuk mendukung program restrukturisasi permesinan dari Kementerian Perindustrian. Saat ini, sekitar 3.000 mesin tekstil di Indonesia telah berusia di atas 25 tahun. Mesin-mesin itu sudah tidak kompetitif lagi karena kemampuan produksinya rendah sedangkan penggunaan energinya sudah tidak efisien. Untuk itu, langkah peremajaan mesin harus secepatnya dilakukan agar daya saing industri meningkat.

Kerjasama dalam bidang industri permesinan tekstil dinilai lebih baik ketimbang Indonesia mengimpor mesin tekstil dari luar negeri. Untuk mendukung langkah ini, pemerintah Indonesia berjanji akan memberikan tax holiday untuk kegiatan investasi itu.

Secara umum, kerjasama dengan Turki dilakukan untuk mempercepat pencapaian target perdagangan kedua negara sebesar US$ 5 miliar dalam lima tahun mendatang.

Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G. Ismy mengatakan rencana Turki membangun industri mesin pertekstilan di Indonesia akan sangat mendukung industri tekstil dan produk tekstil (TPT). "Selama ini mesin tekstil kita 100% impor," kata Ernovian.

Apalagi, industri TPT di dalam negeri juga sangat membutuhkan mesin baru untuk mengganti mesin yang sudah berusia tua. Dengan mesin teknologi lama, menurutnya kegiatan industri tidak efisien. Selain boros biaya listrik dan tenaga kerja, waktu yang dibutuhkan untuk produksi juga lebih lama. Jika telah melakukan restrukturisasi mesin, Ernovian mengatakan industri bisa lebih efisien dalam melakukan proses produksi.

Sekedar catatan, Kementerian Perindustrian mengeluarkan dana Rp 151 miliar untuk program restrukturisasi mesin TPT pada tahun 2011. Anggaran itu baru bisa memenuhi kebutuhan restrukturisasi mesin bagi 66 perusahaan pemohon. Padahal permohonan program itu tahun ini mencapai 230 perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×