Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
Ketua Umum APHI, Indroyono Soesilo menyampaikan gambaran kondisi saat ini bahwa telah terjadi penurunan kinerja sektor usaha kehutanan di tahun 2020.
“Upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi pemanfaatan hutan alam, yang didukung insentif kebijakan menjadi aspek penting untuk menggenjot ekspor kayu olahan di semester II tahun 2020, karena kayu alam adalah penopang bahan baku utama industri kayu olahan unggulan Indonesia yakni plywood, veneer dan wood working”ungkapnya.
Indroyono menyampaikan apresiasi atas berbagai insetif kebijakan yang saat ini sedang diupayakan Kementerian LHK untuk mendorong peningkatan kinerja hulu hilir berbasis hutan alam.
Baca Juga: KLHK sebut kebakaran hutan dan lahan menurun
Beberapa diantaranya seperti keringanan pembayaran DR, PSDH, PBB, penurunan pajak ekspor veneer, perluasan penampang kayu olahan untuk diekspor, serta kemudahan importasi mesin plywood yang kondisinya tidak baru.
Dalam upaya peningkatan ekspor, asosiasi lingkup kehutanan terus bersinergi untuk memperkuat market intelligence dan digital marketing/E-commerce, serta menjalin dialog intensif dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di negara tujuan ekspor utama Indonesia.
”Paralel dengan upaya menggenjot ekspor, penggunaan kayu dan olahannya untuk domestik perlu didorong, diusulkan antara lain melalui procurement policy penggunaan kayu alam berbasis Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK),” kata Indroyono.
Menggarisbawahi upaya-upaya tersebut, Indroyono menekankan urgensi inovasi agar kayu alam dan produk olahannya bisa bersaing.
Secara sederhana, Indroyono memaparkan dapat diformulasikan bahwa inovasi adalah fungsi dari invensi (penelitian dan penemuan baru) dan economic values (melalui nilai tambah, optimalisasi kandungan lokal dan aplikasi teknolog) terhadap praktik-praktik pengelolaan hutan alam dan pengolahannya.
Selanjutnya: Perusahaan Wilmar Group lakukan konservasi burung pemangsa di Kalimantan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News