Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masuknya Indonesia ke forum ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) memberikan peluang baru dalam hubungan dagang dan geopolitik, termasuk potensi impor minyak dari Rusia. Namun, langkah ini tampaknya tidak berdampak signifikan pada kepastian proyek Kilang Tuban, yang sejak lama terkendala finalisasi investasi.
Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal menegaskan keanggotaan Indonesia di BRICS belum tentu menyelesaikan tantangan dalam proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban. Proyek senilai Rp238,5 triliun yang dicanangkan untuk mengolah 300.000 barel minyak mentah per hari itu masih terhambat ketidakpastian final investment decision (FID) dari Rosneft Singapore Pte Ltd, anak usaha PJSC Rosneft, yang menjadi mitra PT Pertamina (Persero).
“Enggak berpengaruh sih [dengan Indonesia masuk ke BRICS]. Posisinya akan tetap sama, karena mereka [perusahaan migas Rusia] memang lagi fokus ke negara masing-masing. Si Rosneft pun juga lagi pusing untuk membantu negaranya juga,” kata Moshe kepada Kontan, Selasa (14/1).
Baca Juga: Indonesia Gabung BRICS, SKK Migas: Peluang Investasi dan Kerja Sama Teknologi
Moshe bilang, kendala proyek ini juga diperparah oleh dampak sanksi ekonomi yang diterapkan negara-negara Barat terhadap Rusia sebagai respons atas invasi ke Ukraina sejak awal 2022. Sanksi ini membatasi akses pendanaan, teknologi, dan jasa konstruksi yang dibutuhkan Rosneft untuk melanjutkan proyek Kilang Tuban.
Menurut Moshe, meskipun keanggotaan BRICS memungkinkan negosiasi yang lebih fleksibel dengan Rusia, hal tersebut tidak serta merta menggerakkan investasi dari perusahaan-perusahaan Rusia seperti Rosneft.
“Bukan terus tiba-tiba [Rosneft] jadi berinvestasi karena Indonesia masuk BRICS. Enggak juga. BRICS itu kan lebih ke urusan perdagangan. Apalagi, sekarang ini banyak negara yang khawatir dengan tarif Trump, yang akan memengaruhi perdagangan internasional,” tuturnya.
Baca Juga: Menakar Dampak Bergabungnya Indonesia ke BRICS Terhadap Stabilitas Rupiah
Status Proyek Kilang Tuban
Sementara itu, Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Hermansyah Y. Nasroen, menjelaskan proyek GRR Tuban masih berada dalam tahap final investment decision (FID) sekaligus proses pengadaan EPC (engineering, procurement, and construction).
"Hingga saat ini, PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP), anak usaha PT KPI, masih bekerja sama dengan Rosneft untuk menyelesaikan proyek tersebut," kata Hermansyah kepada Kontan, Selasa (14/1).
Dengan berbagai tantangan yang ada, keberlanjutan proyek GRR Tuban kini sangat bergantung pada keputusan strategis kedua pihak. Meskipun keanggotaan BRICS memberikan peluang diplomasi dan perdagangan baru bagi Indonesia, penyelesaian Kilang Tuban tetap memerlukan langkah konkret dan kepastian dari mitra Rusia, termasuk solusi atas hambatan investasi yang dihadapi.
Selanjutnya: Ketidakpastian Kebijakan Trump Mengangkat Harga Emas, Selasa (14/1)
Menarik Dibaca: 4 Penyebab Berat Badan Susah Turun Saat Diet, Sering Dilakukan Banyak Orang!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News