Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selandia Baru menyampaikan komitmennya untuk terus mendukung pengembangan sektor energi panas bumi di Indonesia. Upaya itu juga sebagai bagian dari upaya global mewujudkan pemulihan hijau pasca pandemi covid-19.
Menteri Perdagangan dan Pertumbuhan Ekspor Selandia baru, David Parker mengungkapkan bahwa pandemi covid-19 menyebabkan tekanan ekstrem bagi komunitas internasional, sistem layanan kesehatan dan perekonomian global. Namun pada saat yang bersamaan, pandemi membuka peluang menyelaraskan kebijakan iklim dan membangun dunia yang lebih hijau.
Dalam pembukaan Digital Indonesia International Geothermal Convention (DIIGC) pada Selasa (8/9) lalu, Parker menyampaikan bahwa tingkat emisi global memang menurun selama pembatasan sosial di sejumlah negara. Namun, pemerintah dan para pakar sepakat bahwa negara-negara di dunia harus bekerjasama untuk menjamin keberlanjutan pencapaian tersebut.
Baca Juga: Kembangkan kapasitas pengangkutan batubara, PTBA gandeng Pelindo II
Menurut Parker, program rendah karbon seperti pengembangan panas bumi dapat membantu menstimulasi pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Pasalnya, salah satu tantangan utama yang harus diatasi adalah pemulihan ekonomi setelah pandemi.
"Terkadang terdapat pola pikir yang melihat bahwa upaya pelestarian lingkungan sebagai beban pertumbuhan ekonomi. Namun, jika kita menginginkan pemulihan ekonomi berkelanjutan pasca covid-19, kita harus berfokus pada faktor sosio-ekonomi dan lingkungan. Ada satu kutipan yang saya sukai, ekonomi sebagai bagian tak terpisahkan dari lingkungan," terang David Parker, sebagaimana yang dikutip Kontan.co.id lewat keterangan tertulis, Sabtu (12/9).
Untuk upaya penanganan dan pemulihan Covid-19, pemerintah Selandia Baru telah mengalokasikan dana sebesar Rp 495,77 triliun di dalam Anggaran 2020-2021. Selain menciptakan lapangan kerja dan memberikan skema dukungan terhadap bisnis, dana tersebut akan dikucurkan untuk inisiatif ramah lingkungan dan upaya mengatasi perubahan iklim.
Sejak Mei tahun ini, Selandia Baru telah menyalurkan lebih dari Rp 59,37 miliar bantuan untuk mendukung upaya penanganan Covid-19 di Indonesia. Bantuan tersebut meliputi dukungan untuk menambah kapasitas pengetesan, menyediakan alat pelindung diri dan disinfektan, dan meningkatkan layanan kesehatan dasar.
Baca Juga: Pertagas: Proyek pipa minyak Blok Rokan capai 16,5%
Sementara itu, New Zealand Trade and Enterprise (NZTE) atau badan pengembangan bisnis internasional Selandia Baru, juga telah mendukung sejumlah inisiatif untuk membangun panas bumi di Indonesia. Selama pandemi, NZTE dan Asosiasi Panas bumi Indonesia (API) berkolaborasi menyediakan platform untuk berbagi informasi dalam pengembangan sektor panas bumi.
Komisaris Perdagangan Selandia Baru untuk Indonesia Diana Permana menegaskan bahwa Selandia Baru siap melanjutkan dukungannya dalam upaya pemulihan ekonomi ramah lingkungan dan pengembangan panas bumi di Indonesia. Apalagi, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki potensi energi panas bumi yang sangat besar.
Lebih dari 36 tahun lalu, katanya, kolaborasi antara pemerintah Indonesia dan Selandia Baru melahirkan pembangkit listrik tenaga panas bumi pertama Indonesia di Kamojang, Jawa Barat yang dibangun dengan bantuan finansial New Zealand Aid Programme. Kemitraan ini akan memasuki fase baru, sejalan dengan ambisi Indonesia untuk memproduksi 7.241 megawatt tenaga listrik dari panas bumi pada 2025.
Pemerintah Selandia Baru telah berkomitmen mengalokasikan bantuan sebesar Rp 296,86 miliar selama periode 2017-2022 dalam bentuk pelatihan bersama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dukungan teknis bagi mitra termasuk Kementerian ESDM dan PT Sarana Mitra Infrastruktur (SMI), serta upaya peningkatan akses ke energi panas bumi di Maluku.
Diana menyebut, selama lebih dari 50 tahun, Selandia Baru telah menginvestasikan ratusan juta dolar untuk pengembangan energi panas bumi di Indonesia dan akan terus memberi pelatihan bagi pakar-pakar panas bumi Indonesia. "Melalui NZTE dan New Zealand Aid Programme, Selandia Baru akan terus berupaya mewujudkan potensi panas bumi Indonesia berbekal kerja sama yang telah lama terbangun," ungkapnya.
Baca Juga: PLN beberkan kendala yang bisa hambat konversi kompor LPG ke kompor induksi
Adapun, DIIGC 2020 diselenggarakan oleh Asosiasi Panasbumi Indonesia (API)menggunakan platform Zoom pada 1-10 September 2020. Ajang ini diadakan sebagai pengganti Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2020, yang ditunda hingga 2021 akibat pandemi Covid-19.
Mengusung tema “The Future is Now: Committing Geothermal Energy for Indonesia’s Sustainable Development”, DIIGC 2020 bertujuan memberi kesempatan bagi pelaku industri panas bumi Indonesia untuk menjalin kerja sama dengan mitra potensial, termasuk Selandia Baru yang telah rutin berpartisipasi dalam IIGCE sejak 2015.
“Kami telah mendukung keberhasilan Indonesia dan kami ingin membantu mewujudkan potensi panas buminya dengan bekal kerja sama yang telah terbangun selama beberapa dekade. Saat ini, Indonesia adalah penerima bantuan pembangunan terbesar dari Selandia Baru di luar Pasifik,” pungkas David Parker.
Selanjutnya: Pidato dies natalis Unpad, Jokowi sebut ada perubahan budaya kerja akibat Covid-19
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News