kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Utilisasi produksi industri keramik sudah capai 75% di kuartal I 2021


Kamis, 15 April 2021 / 16:20 WIB
Utilisasi produksi industri keramik sudah capai 75% di kuartal I 2021
ILUSTRASI. Pekerja memproses pembuatan ubin keramik alam Centro di PT Ubin Keramik Puri Kemenangan Jaya, Klapanunggal, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (10/12/2018). ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/kye.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri manufaktur diperkirakan berada dalam fase ekspansi. Hal ini tercermin dari indeks manufaktur yang dirilis oleh beberapa lembaga.

IHS Markit misalnya mencatat bahwa Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan Maret 2021 mencapai 53,2 atau naik dari 50,9 pada Februari 2021. Posisi tersebut disebut-sebut sebagai posisi tertinggi dalam satu dekade pengumpulan data IHS Markit sejak April 2011.

Berikutnya, rilis Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI BI) di kuartal I 2021 mencapai sebesar 50,01%. Sebelumnya, PMI BI kuartal IV 2020 yang sebesar 47,29%.

Baca Juga: Jasa pelabuhan Tanjung Priok naik, Aprisindo: Membuat harga produk tidak kompetitif

Kondisi pemulihan nampaknya juga dirasakan pada sektor industri keramik. Hal ini tercermin dari utilisasi produksi industri keramik di kuartal pertama tahun ini yang sudah melampaui angka utilisasi sebelum pandemi Covid-19.

“PMI index Maret 2021 yg meningkat ke 53,2 juga selaras dengan kinerja industri keramik nasional dimana kuartal I tahun 2021 ini telah mencapai level 75% tertinggi sejak tahun 2015,” kata Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), Edy Suyanto kepada Kontan.co.id, Kamis (15/4).

Catatan saja, sebelumnya industri keramik juga sempat tersengat efek gulir pagebluk Covid-19. Pada kuartal II 2020 lalu, Asaki mencatat bahwa utilisasi industri keramik sempat merosot ke angka  30%. Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding posisi utilisasi tahun 2019 yang sebesar 65%.

Menurut Edy, pemulihan industri keramik yang terbilang cepat tidak terlepas dari beberapa faktor, termasuk salah satunya kebijakan stimulus harga gas industri US$ 6 per mmbtu yang juga dirasakan oleh pelaku industri keramik. 

Faktor lainnya yang juga dirasa turut berperan di antaranya ialah adanya program pemulihan ekonomi nasional (PEN),  program Dana Desa, serta percepatan penyerapan anggaran belanja nasional dan daerah yang diiringi pemulihan daya beli pasar. Tidak tanggung-tanggung, utilisasi produksi keramik nasional di bulan April 2021 sejauh ini sudah berkisar 78%.

Baca Juga: Neraca dagang kuartal I-2021 surplus, angin segar bagi prospek pertumbuhan ekonomi

Edy memperkirakan, peluang pasar industri keramik masih terbuka lebar karena sejumlah alasan. Pertama, kebijakan stimulus harga gas industri dinilai bisa membuat produk keramik lokal untuk memiliki daya saing untuk berkompetisi di pasar ekspor. 

Kedua, konsumsi keramik per kapita Indonesia baru mencapai sebesar 1,8 m2 per kapita, lebih rendah dibanding rata-rata konsumsi per kapita dunia yang menurut World Ceramic Tiles Manufacturer Forum sebesar 2,5m2 per kapita, serta konsumsi per kapita negara-negara tetangga di ASEAN yang rata-rata di atas 3 m2 per kapita.

Ketiga, stimulus PPN dan UU Ciptaker untuk sektor properti yang diharapkan bisa mendorong pertumbuhan industri keramik, dan keempat, adanya pelarangan pemanfaatan produk import untuk infrastruktur dan properti.

“Sebagai informasi, produk keramik nasional rata-rata memiliki TKDN (tingkat kandungan dalam negeri) di atas 75%,” tambah Edy.

Meski begitu, Asaki juga memiliki beberapa harapan untuk pemerintah. Pertama, Asaki  mengharapkan perhatian khusus dan dukungan dari Kementerian ESDM agar implementasi Kepmen no.89K/2020 harga gas 6 usd/mmbtu untuk industri keramik di Jatim bisa segera realisasi secara penuh. 

Baca Juga: Neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2021 surplus US$ 1,57 miliar

Asal tahu, Industri Keramik di Jawa Timur masih harus membayar membayar sekitar 34% dari total pemakaian gas industri dengan harga gas lama, yaitu sebesar US$ 7,98 per mmbtu. Walhasil, Industri keramik di Jatim membayar harga gas lebih mahal sekitar 20% dibanding sesama industri keramik domestik.

Berikutnya, Asaki juga berharap mengharapkan adanya penundaan untuk kenaikan tarif Lift On Lift Off di Pelabuhan Tanjung Priok. Asaki menilai, biaya logistik yang mahal akan mendistorsi efektivitas program pemerintah dalam mendukung peningkatan daya saing industri.

“Selain itu Industri Keramik masih mengalami kendala ketersediaan dan harga kontainer untuk ekspor yg saat ini masih sangat mahal dibanding sebelumnya,” imbuh Edy.

Selanjutnya: Sejak 2014, Waskita Karya (WSKT) sudah divestasi aset senilai Rp 10,31 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×