Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volume penjualan semen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) masih terkontraksi hingga November 2022. INTP mencatatkan volume penjualan semen domestik sebesar 15 juta ton sepanjang periode 11 bulan pertama 2022.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengatakan, capaian ini lebih rendah dibandingkan realisasi penjualan di periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar 15.5 juta ton. “Kondisi konsumsi semen domestik yang memang minus 3% akibat issue resesi dan juga curah hujan yang tinggi merupakan faktor utama penurunan volume tersebut,” kata Marcos.
Sementara itu, pada November 2022, volume penjualan INTP mencapai hampir 1,6 juta ton. Marcos bilang, pencapaian ini meningkat 6% dibanding pencapaian penjualan di bulan sebelumnya
INTP menilai, tahun 2023 akan menjadi periode dinamis dan penuh tantangan terkait dengan adanya isu global yang terjadi. Marcos menyebutkan, Perang Rusia Ukraina dan resesi global yang terjadi dan berdampak ke Indonesia tentunya akan mempengaruhi dunia usaha secara umum dan juga pengaruh ke industri semen.
Baca Juga: Indocement Tunggal Prakarsa Targetkan Pertumbuhan Penjualan Single Digit Tahun Ini
Namun, katalis positif datang dari akan dimulainya pembangunan proyek-proyek Ibu Kota Negara (IKN), yang membawa harapan bagi industri semen. “Khususnya yang produk dan keberadaan pabrik kami di Kalimantan adalah sangat siap untuk mendukung proyek IKN tersebut," kata Antonius. Dengan proyeksi tersebut, INTP mencanangkan pertumbuhan penjualan positif di kisaran 1% sampai 2% di tahun 2023.
Analis MNC Sekuritas Rudy Setiawan berpandangan, INTP bersama dengan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) berpotensi memainkan peranan besar di proyek IKN. Ini karena proyek IKN akan menyerap 1,6 juta ton semen pada 2022 sampai 2024.
Ke depan, Rudy menaksir permintaan semen di IKN akan melonjak menjadi 4 juta ton pada 2025 sampai 2029, lalu naik menjadi 6 juta ton pada 2030 sampai 2034. Permintaan semen di proyek prestisius ini berpotensi naik menjadi 8 juta ton pada 2034 sampai 2039.
“Dengan demikian, kami memperkirakan volume penjualan semen berpotensi berada di rentang 68 juta ton sampai 70 juta ton di 2023 sampai 2024,” kata Rudy dalam riset yang dirilis pada Desember 2022.
MNC Sekuritas mengubah rating sektor semen dari semula netral menjadi overweight. INTP direkomendasikan buy dengan target harga Rp 11.600. Namun, risiko yang membayangi rekomendasi ini diantaranya kenaikan harga batubara, pajak karbon, kebijakan domestic market obligations (DMO), dan kebijakan over dimension overload (ODOL).
Terkait dengan ODOL, Marcos berharap pemerintah meninjau ulang kebijakan tersebut, mengingat kondisi industri semen saat ini dan juga prediksi resesi global yang juga akan terjadi di Indonesia. Menurut dia, jika kebijakan tersebut diberlakukan, tentunya akan semakin memberatkan kondisi industri semen.
“Sebaiknya pemerintah benar benar mempertimbangkan faktor ketersediaan truk, ketersediaan sopir dan juga aturan mainnya di lapangan sebelum kebijakan tersebut benar-benar diterapkan. Kami percaya Pemerintah akan bijak untuk menyikapi masukan kami tersebut,” tutup Marcos.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News