Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Volume penjualan tembakau PT Austindo Nusantara Jaya Tbk anjlok hingga 26,86% pada kuartal III tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu periode yang sama. Selama sembilan bulan pertama tahun ini, perusahaan yang melantai di bursa saham dengan kode ANJT ini hanya mampu menjual tembakau cigar dan cigarette sebanyak 694.100 ton.
Sebagai perbandingan, periode Januari-September tahun 2013, penjualan tembakau Austindo Nusantara mencapai 948.991 ton. Penurunan volume penjualan ini, karena produksi Austindo Nusantara tidak sebagus tahun lalu karena anomali cuaca.
Meski volume penjualan turun, nilai penjualan tembakau Austindo Nusantara sampai kuartal III tahun ini tetap melonjak 19,68% dari 2012 menjadi US$ 5,9 juta. Nilai penjualan Austindo Nusantara pada kuartal III tahun lalu sebesar US$ 4,93 juta.
Kenaikan nilai penjualan tembakau sebagai berkah dari kenaikan harga jual tembakau. Harga jual rata-rata tembakau Austindo Nusantara tahun lalu hanya Rp 48.371 per kilogram (kg).
Pada tahun ini, harga jual tembakau Austindo melesat menjadi Rp 85.931 per kg. "Harga jual tembakau naik sepanjang periode ini karena pengaruh menguatnya mata uang euro dan dollar AS," kata Naga Waskita, Sekretaris Perusahaan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk melalui surat elektroniknya, beberapa waktu yang lalu.
Namun, Budidoyo, Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) mengatakan harga tembakau di dalam negeri tahun ini lebih rendah dari biasanya. Tahun ini, harga tembakau di petani hanya sekitar Rp 60.000 per kg. "Padahal melihat produksi yang ada seharusnya harga bisa mencapai Rp 100.000 per kg," kata Budidoyo.
Menurut Budidoyo, tahun lalu produksi tembakau nasional bisa mencapai 179.000 ton. Dengan melihat kondisi cuaca, volume produksi tembakau tahun ini hanya 40% dari tahun lalu. Sayangnya, anomali cuaca tak hanya berdampak menurunkan produksi tetapi juga kualitas tembakau juga turun sehingga harganya jatuh.
Untuk tahun depan, Budidoyo mengharapkan cuaca akan normal sehingga kualitas tembakau akan bisa lebih baik sehingga harganya lebih tinggi. Ia juga berharap akan ada kenaikan harga di 2014.
Saat ini, kata Budidoyo, banyak pabrikan rokok yang mengandalkan pasokan tembakau dari impor. "Ketersediaan bahan baku tahun ini kurang," kata Budidoyo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News