Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Himpunan Kawasan Industri Indonesia (HKI) menanggapi potensi relokasi pabrik dari China ke Indonesia atas dampak terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Ketua Umum HKI Sanny Iskandar menuturkan bahwa HKI tentunya siap mengambil peluang investasi industri manufaktur dari negara manapun untuk berinvestasi di Indonesia.
"Sebenarnya hal tersebut belum pasti karena Presiden Trump dan Xi Jin Ping telah memulai kesepakatan baru dalam hubungan kedua negara. Namun tentu HKI siap mengambil peluang investasi industri manufaktur dari negara manapun untuk berinvestasi di Indonesia," ujar Sanny kepada Kontan, Senin (20/1).
Ia melanjutkan, untuk menjalankan peran tersebut kawasan industri tentunya membutuh dukungan dari pemerintah terkait adanya insentif dan kemudahan investasi baik fiskal dan non-fiskal, contohnya adalah seperti percepatan proses perizinan yang berhubungan dengan tata ruang, usaha, lingkungan, bangunan, untuk dapat menarik investor.
Baca Juga: RI Berpeluang Tujuan Relokasi Pabrik Tiongkok, Wamenperin Minta KEK Batam Siap Sambut
Ia juga menuturkan bahwa hal yang paling utama dibutuhkan bagi kedatangan investor adalah adanya kepastian kebijakan dan penegakan hukum, yang selama ini diamati HKI menjadi penghambat investasi dan peningkatan daya saing Kawasan Industri di Indonesia.
Lebih jauh, Sanny juga memproyeksi bahwa permintaan lahan industri di Indonesia akan tetap kuat tahun ini. Adapun faktor pendorongnya sendiri akan disokong oleh pertumbuhan sektor manufaktur, e-commerce, dan logistik.
"Fokus pada diversifikasi rantai pasok global akibat ketegangan geopolitik, juga memberikan peluang besar bagi Indonesia," imbuhnya.
Pemerintah juga optimis terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, dengan proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang stabil. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan bahwa perekonomian nasional masih mencerminkan ketahanan dan daya saing, dengan pertumbuhan yang solid sebesar 4,95% (year-on-year) pada triwulan III-2024.
Baca Juga: Kemenperin Minta KEK Batam Siap Hadapi Potensi Relokasi Pabrik Asal China
Namun, tantangan seperti kenaikan biaya energi dan tenaga kerja dapat mempengaruhi kinerja lahan industri. Oleh karena itu, pelaku industri perlu mempertimbangkan efisiensi operasional dan strategi bisnis yang adaptif untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan yang ada.
Asal tahu saja, wacana relokasi pabrik dari China ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza. Ia meminta para pengelola kawasan industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batam bersiap merebut peluang, menyusul kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS.
Ia menyebut Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi tujuan relokasi saat Presiden terpilih Donald Trump berencana menetapkan hambatan tarif impor baru untuk seluruh produk asal China.
Selanjutnya: Bank Muamalat Optimalkan Manajemen Keuangan 200 Masjid Muhammadiyah
Menarik Dibaca: Hujan Turun di Daerah Mana? Ini Ramalan Cuaca Besok (21/1) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News