Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Amailia Putri
jakarta. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) kembali mengepakkan sayap bisnis ke luar negeri. Kali ini, negara yang menjadi target adalah Myanmar. WIKA akan membentuk anak usaha patungan dengan salah satu perusahaan konstruksi lokal di negara yang beribukota di Yangon itu.
WIKA bersama anak usahanya, PT Wijaya Karya (Wika) Beton, membentuk perusahaan patungan di Myanmar dengan korporasi lokal bernama Season One. "MoU (nota kesepahaman) sudah dilakukan, kami sedang susun draf joint venture," ujar Puji Haryadi, Sekretaris Perusahaan Wika Beton, Rabu (12/6).
WIKA dan Season One akan membangun pabrik beton di atas lahan seluas lima hektare (ha). Kapasitas produksinya diperkirakan mencapai 67.000 ton per tahun. Nilai investasi untuk pembangunan pabrik ini, di luar tanah, sekitar US$ 18 juta.
Puji mengaku, pihaknya belum tahu berapa porsi kepemilikan saham yang akan diambil WIKA. Pasalnya, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan. Di antaranya, risiko investasi.
Seperti diketahui, negara yang dulunya bernama Burma ini masih rawan kerusuhan. Oleh karena itu, hingga saat ini, manajemen WIKA masih belum memutuskan berapa share yang akan diambil di perusahaan joint venture ini.
Natal Argawan, Sekretaris Perusahaan WIKA menambahkan, ekspansi Myanmar merupakan investasi global pertama BUMN konstruksi ini. Di ekspansi-ekspansi sebelumnya, WIKA sebatas menjadi kontraktor proyek. Misalnya, di Aljazair, WIKA dan Euro Japan Construction mengerjakan proyek perumahan senilai Rp 900 miliar.
Negara-negara lainnya adalah Timor Leste dan Brunei Darussalam. "Kami juga akan masuk ke Malaysia, Irak, dan mungkin ke Afrika Selatan," tutur Natal.
Tidak hanya di luar negeri, di dalam negeri, WIKA berniat menancapkan kuku bisnis lebih dalam. WIKA sudah menggandeng PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) untuk membangun pabrik beton di Cilegon, Banten.
Pada perusahaan patungan ini, WIKA menjadi pemegang mayoritas saham, yaitu 70%. Sedangkan KRAS melalui anak usaha, PT Krakatau Engineering mengempit 30% saham. Berdasarkan perhitungan awal, nilai investasi pembangunan pabrik berkapasitas 30.000 ton per tahun ini sekitar Rp 180 miliar. Namun, kata Puji, pihaknya masih melakukan penghitungan ulang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News