Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pertemuan negara-negara di kawasan Asia Afrika alias Konferensi Asia Afrika (KA) yang berlangsung pekan ini menyisakan aneka rencana investasi di tanah air. Salah satunya, rencana pembangunan megaproyek keretaapi cepat Jakarta-Bandung dengan kreditur dari China.
Usai menggelar rapat kerja dengan Komisi VI DPR Kamis (23/4) kemarin, Menteri Badan Usaha Milik Negara, (BUMN) Rini Soemarno mengungkapkan secara lisan bahwa PT Wijaya Karya (Persero) Tbk bakal menjadi pemimpin proyek tersebut.
Tak heran, Wijaya Karya mendadak sibuk. Perusahaan pelat merah itu kini tengah melakukan kajian atau feasibility study terkait proyek tersebut. "Targetnya, Agustus nanti kajiannya sudah bisa diserahkan ke pemerintah, jadi setidaknya tahun depan proyek ini sudah bisa dieksekusi," ujar Corporate Secretary PT Wijaya Karya Suradi kepada KONTAN, (24/4).
Meski sudah mengawali langkah, Wijaya Karya baru menerima perintah dari pemerintah secara lisan. Perusahaan tersebut belum mengantongi instruksi resmi. Karena itu, Wijaya Karya belum bisa membeberkan detail persis peranan mereka dalam proyek tersebut.
Ada beberapa alternatif peran yang mungkin diberikan kepada Wijaya Karya sebagai eksekutor konstruksi, sebagai investor atau melakoni dua peran itu sekaligus sebagai pengelola proyek. "Yang pasti, leader bukan berarti wajib menyiapkan modal yang paling besar," tandas Suradi.
Apabila proyek keretaapi cepat Jakarta-Bandung tersebut terealisasi, maka proyek ini akan menjadi proyek gotong-royong dari dua negara.
Ada dua gerbong konsorsium di dalam proyek itu. Di dalam negeri, Wijaya Karya akan memimpin empat perusahaan pelat merah lain. Mereka adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Perkebunan Nusantara VIII, PT Industri Kereta Api Indonesia, dan PT Len Industri.
Sementara China menunjuk China Railway sebagai pemimpin konsorsium. Anggota konsorsium Negeri Tirai Bambu ini, antara lain China Railway International, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, dan The Tird Railway Survey and Design Institute Group Corporation (TSDI), China Academy of Railway Sciences, CSR Corporation, dan China Railway Signal and Commucation Corporation.
Sementara, kebutuhan dana untuk mewujudkan jalur transportasi kilat dari Ibukota ke Kota Kembang tersebut tak sedikit. Pemerintah China menawarkan diri mendanai proyek tersebut beserta beberapa proyek lain. Total dana yang bakal dikucurkan US$ 50 juta.
China akan menunjuk China Development Bank (CDB) dan Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) sebagai sumber pendanaan.
Anggaran belanja
Mengingat kebutuhan dana investasi itu besar, sejauh ini dari dalam negeri ada tiga peluang sumber pendanaan. Ketiganya adalah kucuran langsung dari pemerintah berupa penyertaan modal negara (PMN), patungan antara anggota konsorsium, atau pinjaman dari pihak ketiga.
Dari kas internal, Wijaya Karya paling tidak memiliki anggaran belanja modal sebesar Rp 4,4 triliun, tahun ini. Sebagai informasi, perusahaan itu baru saja mengubah anggaran modal tersebut dari alokasi semula yang sebesar Rp 1,7 triliun. Perusahaan tersebut mengaku perubahan anggaran belanja modal memang dilakukan demi mengantisipasi kebutuhan dana yang membesar karena ada instruksi proyek pesanan pemerintah itu.
Namun, patut dicatat, anggaran belanja modal tersebut tak cuma untuk mendanai proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Wijaya Karya mengalokasikan dana itu untuk membiayai seluruh ekspansi tahun ini. Tak terkecuali, rencana membangun pembangkit listrik. "Cuma bedanya, kalau pembangkit listrik itu, kan, murni bisnis dan butuh modal juga," kata Suradi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News