Reporter: David Oliver Purba | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pebisnis raksasa agribisnis Wilmar Grup mulai mengembangkan sayap bisnis di Indonesia. Mereka menggelar investasi untuk membangun Kawasan Industri Terpadu Wilmar, yang berlokasi di Serang Provinsi Banten.
Nilai investasi yang dijanjikan untuk proyek ini tak tanggung-tanggung, mencapai Rp 7 triliun untuk beberapa tahun ke depan. Hingga kini, Wilmar sudah membelanjakan sekitar US$ 130 juta atau sekitar Rp 1,7 triliun.
Luas area industri yang di kelola Wilmar ini mencapai sekitar 1.744 hektare (ha). Rencananya, kawasan ini akan dilengkapi dengan pembangkit listrik, pelabuhan, hotel, perumahan, apartemen, rumah sakit, dan stasiun pengisian bahan bakar.
Wilmar sejatinya sudah merintis kawasan industri ini sejak tahun 2012. Namun pelaksanaannya tak semulus yang direncanakan sejak awal. Kendati belum sepenuhnya jadi, sudah ada sejumlah perusahaan yang menyewa sejumlah area di kawasan tersebut.
Sementara beberapa perusahaan lain masih menjajaki untuk berinvestasi dan membangun basis produksi di kawasan industri ini. Direktur Teknis Wilmar Group Indonesia Erik Tjia mengklaim bahwa kawasan ini memiliki potensi yang besar untuk industri dalam negeri yang ingin mengembangkan pabriknya.
"Infrastruktur akan kami bangun agar industri bisa bertumbuh," ujar Erik, Jumat(7/8), saat menerima kunjungan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani.
Beberapa perusahaan yang yang menjadi penyewa yakni PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), PT Putra Baja Deli, PT Mulitimas Nabati Asahan, dan PT Motive Mulia. Salah satu pabrik yang telah beroperasi yakni PT Multimas Nabati Asahan, yang merupakan perusahaan yang terafiliasi Wilmar Grup.
Multimas Nabati memulai produksinya pada Mei 2015. Perusahaan ini membangun sebuah pabrik kemasan dengan kapasitas 800 ton kemasan minyak per hari di sana. Anggaran pembangunan pabrik ini sebesar US$ 30 juta.
Penyewa lain kawasan industri ini, Putra Baja Deli, juga tengah merampungkan pembangunan pabrik baja di kawasan ini. Ini adalah produsen baja untuk kebutuhan konstruksi yang berbasis di Malaysia.
Octo Julius, Presiden Direktur Putra Baja Deli, mengungkapkan, perusahaan yang dia pimpin menganggarkan US$ 55 juta untuk membangun pabrik tersebut. "Proses pembangunan pabrik sudah mencapai 70% dari target," ungkap Octo.
Lengkapi infrastruktur
Nah, agar menarik minat para calon penyewa kawasan industri, Grup Wilmar Indonesia mengaku melengkapi sejumlah infrastruktur pendukung bagi industri.
Misalnya membangun pelabuhan plus dermaganya. Lokasinya juga menyatu dengan kawasan industri terpadu tersebut. Untuk membangun dermaga ini, Wilmar akan mereklamasi pantai untuk pelabuhan seluas 544 ha.
Kapasitas pelabuhan ini direncanakan bisa mengangkut sebanyak 30 juta ton per tahun. Nilai investasi yang dibutuhkan berkisar antara US$ 200 juta sampai dengan US$ 300 juta.
Dermaga pelabuhan ini bakal fokus melayani pengiriman barang menuju pasar ekspor. "Kami sudah mengurus izin pembangunan dermaga, sekarang dalam proses," ungkap Erik.
Selain dermaga, Wilmar juga ingin melengkapi kawasan ini dengan jalur kereta api. Tujuannya ialah agar mempermudah akses pengiriman bahan baku menuju kawasan ini, maupun menjual produk jadi ke luar wilayah.
Selain pembangunan akses, perusahaan ini berniat membangun pembangkit listrik berkapasitas 2.000 megawatt (MW) sebagai sumber utama energi listrik kawasan tersebut.
Menurut Erik, Wilmar akan membangun berbagai infrastruktur itu secara bertahap. "Kami memang mengutamakan pembangunan infrastruktur," ungkap Erik tanpa memerinci target penyelesaian seluruh proyek itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News