Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) memacu kegiatan produksi pabrik anyar. Target SQMI, kegiatan pemrosesan di pabrik emas yang terletak di Ciemas, Sukabumi, Jawa Barat tersebut bakal terus ditingkatkan hingga mencapai kapasitas penuh, yakni di angka 500 ton per hari atau ton per day (tpd) pada Juli 2023.
“Kami sudah masuk ke commercial production dengan target full capacity 500 tpd di bulan Juli nanti,” ujar Corporate Secretary SQMI, Mohammad Noor Syahriel kepada Kontan.co.id, Minggu (21/5).
Sebelumnya SQMI telah memulai kegiatan produksi komersial pabrik emas di Ciemas dengan volume pemrosesan di angka 250 tpd pada Maret 2023. Menurut rencana, kegiatan pemrosesan tersebut bakal ditingkatkan secara perlahan menjadi 300 tpd pada April 2023, 350 tpd pada Mei 2023, 400 tpd pada Juni 2023, lalu mencapai kapasitas penuh di angka 500 tpd pada Juli 2023.
Manajemen belum merilis total rencana volume produksi maupun target kinerja keuangan yang ingin dicapai dengan adanya pengoperasian pabrik baru. Namun, RHB Sekuritas memproyeksi bahwa SQMI berpeluang membukukan profit pasca pengoperasian pabrik Ciemas.
Baca Juga: Cerestar Indonesia (TRGU) Targetkan Penjualan Tumbuh hingga 15% di 2023
Dalam laporan riset bertajuk Top 20 Indonesia Small Cap Jewels 2023, Tim RHB Sekuritas mengungkapkan optimismenya bahwa SQMI berpeluang bisa memproduksi 5.000 oz dore emas.
Dengan melihat tren harga saat ini, serta dengan asumsi bahwa harga spot emas bisa terjaga di atas US$ 1.900 per oz, Tim RHB Sekuritas memperkirakan bahwa pendapatan SQMI bisa melompat mendekati angka US$ 12 juta atau setara kurang lebih Rp 164 miliar di tahun 2023.
“Lebih lanjut, bila kita menggunakan estimasi konservatif net margin sekitar 26%, maka sangat dimungkinkan bahwa laba bersih SQMI bisa mencapai US$ 3 juta atau setara kurang lebih Rp 46 miliar,” tulis Tim RHB Sekuritas dalam publikasinya baru-baru ini.
Sebagai pembanding, mengintip laporan keuangan tahunan perusahaan, SQMI masih membukukan rugi neto tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 31,33 miliar di tahun 2022. Sementara itu, pendapatan SQMI masih berada di level Rp 5,39 miliar.
Di tiga bulan pertama 2023, SQMI telah membukukan pendapatan Rp 969,49 juta, turun 30,50% dibanding realisasi pendapatan SQMI di tiga bulan pertama 2022 yang mencapai Rp 1,39 miliar.
Baca Juga: Kinerja Moncer, Jababeka (KIJA) Raih Laba Rp 322,3 Miliar pada Kuartal I
Seturut pendapatan yang menyusut, rugi neto periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk SQMI membesar dari semula Rp 5,27 miliar di kuartal I 2022 menjadi Rp 6,60 miliar di kuartal I 2023.
“Kalau di 2022 sebetulnya ada pool leaching activity. Nah, 2023 kita lebih fokus di floatation & carbon in leach sesuai fasilitas pemrosesan yang ada. Tapi kan kapasitas (di kuartal I 2023) juga belum maksimal,” terang Syahriel ketika ditanyai perihal penyebab penurunan kinerja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News