kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jokowi resmikan pembangkit senilai US$ 6 miliar


Kamis, 05 Oktober 2017 / 14:36 WIB
 Jokowi resmikan pembangkit senilai US$ 6 miliar


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mendampingi Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) melakukan groundbreaking beberapa proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Proyek tersebut antara lain PLTU Jawa 7, 9, dan 10 dengan total Kapasitas 4.000 Megawatt (MW) Peresmian PLTU IPP Banten kapasitas 660 MW, dan peninjauan pembangunan Coal Terminal 20 Juta ton di Provinsi Banten. Adapun investasi keseluruhan proyek tersebut senilai US$ 6,015 miliar.

Proyek PLTU Jawa 7, 9, dan 10 dan PLTU IPP Banten merupakan salah satu proyek yang masuk ke dalam program 35.000 MW. Sementara pembangunan Coal Terminal 20 Juta Ton merupakan salah satu sarana pendukung sebagai rantai pasok batubara untuk PLTU pada wilayah Jawa Bagian Barat.

Untuk PLTU Jawa 7 berkapasitas 2 X 1.000 MW direncanakan beroperasi pada tahun 2020 dengan harga jual listrik ke PLN sebesar US$ 4,21 sen per kWh. Untuk pengadaan proyek ini menggunakan skema bisnis Build, Own, Operate, and Transfer (BOOT) selama 25 tahun. Dengan nilai investasi sebesar US$ 1,88 miliar.

Untuk teknologinya, PLTU Jawa 7 menggunakan teknologi Ultra Super Critical Boiler yang berbahan bakar batubara kalori rendah 4.000 – 4.600 kkal.

"Jenis pembangkit ini dipilih karena memiliki efisiensi yang tinggi dan lebih ramah lingkungan," terang Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi dan Kerjasama Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, Kamis (5/10).

Selain itu, Dadan bilang, PLTU Jawa 7 Unit 1 diperkirakan beroperasi secara komersial atau Commercial Operation Date (COD) pada awal April 2020 dan Unit 2 diperkirakan COD pada awal Oktober 2020.

Sementara untuk PLTU Jawa 9 & 10 berkapasitas 2x1.000 MW merupakan proyek IPP, yang dibangun bersebelahan dengan PLTU Suralaya 1 – 8 di Suralaya, Provinsi Banten. Nilai invetasi proyek ini mencapai sekitar US$ 3 milyar. Menggunakan skema penugasan PLN kepada Anak Perusahaan yaitu PT Indonesia Power sesuai Perpres No. 19 Tahun 2017.

"Pengadaan proyek ini menggunakan skema bisnis BOOT. PLTU ini Menggunakan teknologi ultra supercritical yang ramah lingkungan dan memberikan efisiensi konversi energi yang lebih tinggi daripada teknologi konvensional PLTU sebelumnya," ungkapnya.

Dadan bilang, diperkirakan PLTU 9 & 10 COD pada tahun 2022 dengan kontrak sepanjang 25 tahun dan dengan Biaya Pokok Produksi (BPP) sebesar 5,1 cent/kWh.

Untuk PLTU Banten 660 MW adalah milik IPP yang bernama PT Lestari Banten Energi dengan kapasitas 660 MW, dengan kontrak penjualan ke PLN sebesar 600 MW. Pengadaan proyek ini menggunakan skema BOOT selama 25 tahun. PLTU ini menggunakan teknologi supercritical boiler dan telah berproduksi sejak Maret 2017 dengan kontrak sepanjang 25 tahun. Harga jual ke PLN sebesar US$ 5,99 sen per kWh. Nilai investasi PLTU Banten 660 MW ini adalah sebesar US$ 990 juta.

Dan, Terminal Batubara (Coal Terminal), Dadan mengatakan, Terminal Batubara ini dibangun untuk memperkuat dan mengefektifkan rantai pasok batubara, untuk PLTU di wilayah Jawa Bagian Barat. Adapun Terminal Batubara ini dibangun oleh anak perusahaan PLN yaitu PT. PLN Batubara dengan Gama Coorp dapat memberikan kontribusi sebagai terminal penghubung dengan kapasitas 20 Juta Ton.

"Lokasi Terminal Batubara bersebelahan dengan PLTU Jawa 7 dengan target untuk dapat beroperasi secara komersial bersamaan dengan kebutuhan PLTU Jawa 7," jelasnya.

Selain itu, Terminal Batubara ini juga di antaranya berfungsi sebagai emergency stock PLTU di luar Jawa Bagian Barat; menjaga Security of Coal Supply saat cuaca buruk karena menggunakan Vessel; pengurangan biaya belanja modal (capex) pembangunan Coal Terminal di masing-masing PLTU; dan efisiensi biaya transportasi batubara dari perubahan moda transportasi barge ke vessel.

"Terminal Batubara ini memerlukan area sekitar 20 hektar lahan, dengan nilai investasi sebesar US$ 145 Juta," jelasnya.

Asal tahu saja, status program 35.000 MW per 15 September antara lain proyek 773 MW kapasitas pembangkit telah masuk tahap COD atau Komisioning.

Proyek yang masuk kedalam tahap konstruksi adalah sebesar 15.266 MW. Proyek yang telah masuk proses power purchase agreement (PPA) belum konstruksi sebesar 10.255 MW (termasuk PLTU jawa 9 dan 10 2x1000 MW).

Selain itu, proyek yang masuk pada tahap pengadaan adalah 4.563 MW. Sedangkan pada tahap perencanaan adalah proyek pembangkit dengan kapasitas 6.970 MW.

"Hingga tahun 2019, diharapkan semua proyek dalam program 35.000 MW sudah terkontrak dan terdapat tambahan 17.000 MW dibanding dengan akhir tahun 2014," kata Dadan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×