kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kontrak Tuban diputus, produksi Sukowati anjlok dari 11.000 bph menjadi 6.000 bph


Rabu, 31 Januari 2018 / 19:52 WIB
Kontrak Tuban diputus, produksi Sukowati anjlok dari 11.000 bph menjadi 6.000 bph


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Produksi minyak di Lapangan Sukowati yang merupakan unitisasi alias penggabungan ke dalam Wilayah Kerja (WK) Tuban tidak lagi diperhatikan oleh operatornya. Hal ini terlihat dari menurunnya produksi di Lapangan Sukowati hingga di bawah 6.000 barel per hari pada Januari 2018, dari produksi pada Januari 2017 sebesar 11.000 bph.

Penurunan produksi ini lantaran kontrak Joint Opeation Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB PPEJ) akan berkahir 28 Februari 2018. Saat ini di Blok Tuban terdapat dua lapangan migas, yakni Lapangan Sukowati produksinya 11.000 bph dan Lapangan Mudi dengan produksi 4.000 bph. 

Seperti diketahui, Kontrak Blok Tuban ditandatangani 29 Februari 1988 dengan luasan 7.391 km2. Cadangan minyak pertama ditemukan April 1994 di Lapangan Mudi, kemudian pada 2001 ditemukan cadangan minyak berikutnya di Lapangan Sukowati.

Direktur Utama PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengungkapkan, pihaknya sudah mengirimkan surat kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan juga melakukan diskusi dengan SKK Migas soal Lapangan Sukowati agar Lapangan itu diserahkan kepada Pertamina EP. Sebab, dalam kontrak unitisasi dengan Blok Tuban pihaknya memiliki participating interest (PI) sebesar 80% dan 20% milik JOB PPEJ. "Kami menyadari jika tidak investasi produksi tidak akan balik. Makanya waktu itu kami tawarkan farm in untuk 20% itu. Kalau produksi turun, bagian kami juga kecil, " ungkap dia, Rabu (31/1).

Namun sayangnya, keinginan untuk farm in tidak ditanggapi oleh operator Blok Tuban. Padahal, saat itu produksi Blok Tuban paska pemerintah tidak lagi memperpanjang kontraknya terus menurun. Hal ini membuat Pertamina EP harus bertindak. Nanang mengatakan, jika tidak ada tindakan di Lapangan Sukowati yang memiliki 33 sumur itu maka produksi minyak di sana akan terus turun. "Makanya kami mau jadi operator. Kami sudah memberikan penjelasan secara engineering ke SKK Migas. Kami confidence. Tapi saya tidak tahu persis sekarang bagaimana karena keputusan di Menteri ESDM," ujar dia.

Dia bahkan menjamin, jika Lapangan Sukowati menjadi milik Pertamina EP sepenuhnya maka akan ada pekerjaan pengeboran sumur work over dan pengeboran sumur injeksi agar produksi kembali seperti semula. Bahkan soal anggaran untuk itu tidak lagi menjadi masalah bagi Pertamina EP. "Kami sudah siapkan anggaran untuk Lapangan Sukowati andai kami menjadi operator meskipun waktunya sempit karena 28 Februari 2018 kontraknya sudah habis. Ini belum diputuskan," kata dia.

Selain di Lapangan Sukowati, Nanang mengatakan, pihaknya juga konsen dengan Sangasanga Field yang memang bersentuhan langsung dengan Blok Sanga-Sanga milik Vico dan Saka Energi. Dalam perjanjian dengan Vico, pihak Pertamina EP hanya boleh mengebor 1.200 meter di bawah permukaan tanah. Sementara untuk lebih dari itu tidak diperkenankan oleh Vico. "Kalau di atas itu milik Vico, gak boleh dalam-dalam ngebornya," ujar dia.

Namun, pemerintah tahun lalu sudah memutuskan kontrak Vico di Blok Sanga-Sanga yang merupakan blok gas akan habis tahun ini. "Kami berharap Pertamina yang kelola, khususnya Pertamina EP," ujar dia. Asal tahu saja, produksi migas Pertamina EP saat ini sekitar 60% berasal dari gas.

Sementara, untuk sisa blok migas terminasi ada kemungkinan akan diberikan kepada Pertamina Hulu Energi dan Pertamina Hulu Indonesia. "Kami hanya konsen dua itu, Blok Tuban atau Lapangan Sukowati dan Sanga-Sanga," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×