kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

2010, produksi garam Madura terburuk dalam 30 tahun


Selasa, 26 Oktober 2010 / 10:04 WIB
2010, produksi garam Madura terburuk dalam 30 tahun
ILUSTRASI. Uang Poundsterling Inggris


Reporter: Raka Mahesa W |

JAKARTA. Akibat hujan yang berkepanjangan, produksi garam anjlok; bahkan menjadi tahun produksi garam yang terburuk dalam 30 tahun terakhir.

“Panen tahun ini gagal total. Di Madura produksi tidak sampai 2% dibanding tahun lalu, saya perkirakan di sentra garam lain di Indonesia juga sama,” kata Anggota Presidium Aliansi Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (A2PGRI) Faisal Badawi di Jakarta, Senin (25/10).

Hujan membikin petani tidak bisa memproses garam. Pasalnya, petani masih menggunakan cara tradisonal dengan menggunakan sinar matahari untuk penjenuhan air laut selama 10-15 hari tanpa terputus. Dus, jika hujan maka proses diulang dari awal, atau gagal.

Faisal mencatat, total garam yang diproduksi petani di sejumlah sentra garam di Madura seperti Sampang, Sumenep dan Pamekasan tahun ini hanya sebesar 100 ton. Padahal tahun lalu kawasan penghasil garam ini menghasilkan 550.000 ton garam.

Produksi yang dimulai sejak bulan Mei 2010 berhenti di akhir September 2010 lalu karena petani mengubah fungsi lahan garam menjadi tambak bandeng. Maklum, memasuki bulan Oktober para petani garam memperkirakan curah hujan akan semakin tinggi.

Tak hanya di Madura, kegagalan produksi garam juga terjadi di Indramayu Timur. Lahan garam di kawasan ini seluas 400 hektar dengan kapasitas produksi per hektar 80-100 ton garam per masa tanam-masa panen (4-5 bulan). Namun, sejak masa panen bulan Agustus 2010 hingga saat ini, kawasan ini belum panen garam.

Fatah Aliudin, Ketua Kelompok Petani Garam Indramayu Timur menjelaskan, para petani masih mencoba untuk berproduksi hingga bulan Desember mendatang. “Kita masih menunggu dua bulan lagi. Sampai sekarang kita belum panen sama sekali,” kata Fatah.

Garam sebagai komoditas dibutuhkan di banyak usaha. Mulai dari pengasinan ikan, industri kecap, mi instan, makanan ringan dalam bentuk biskuit atau kue, hingga industri penyedap rasa. Garam juga digunakan dalam industri pakan ternak, pengeboran minyak, farmasi, kulit, hingga industri es.

Indonesia punya garis pantai 80.000 km, salah satu terpanjang di dunia. Dus, selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia seharusnya menjadi pengekspor garam. Nyatanya, pemerintah masih impor garam dari Australia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×