kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asosiasi Rumput Laut ingin pertahankan pasar AS


Kamis, 26 Oktober 2017 / 10:39 WIB
Asosiasi Rumput Laut ingin pertahankan pasar AS


Reporter: Abdul Basith | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) akan melakukan inventarisasi daerah penghasil rumput laut yang tidak produktif.

"ARLI akan melihat daerah-daerah baru yang potensial untuk tingkatkan produksi dan menggantikan daerah yang sudah tidak produktif," ujar Ketua ARLI, Safari Aziz kepda KONTAN, Rabu (25/10).

Aziz bilang, daerah yang sudah tidak produktif disebabkan oleh anomali cuaca dan tata ruang wilayah. Pengembangan rumput laut dinilai akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terutama bagi masyarakat pesisir.

Selain penguatan produksi, ARLI juga menegaskan untuk menjaga pasar bagi komoditas rumput laut.

Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) membuat keputusan akan mengeluarkan karagenan dari daftar produk organik. Karagenan merupakan bahan makanan yang berasal dari olahan rumput laut.

Meski ekspor rumput laut ke Amerika kecil namun pasar Amerika memiliki pengaruh besar bagi rumput laut Indonsia. Hal tersbeut dikarenakan karagenan yang masuk ke Amerika berasal dari China. Sementara China merupakan negara tujuan ekspor terbesar rumput laut Indonesia.

Saat ini ARLI masih mengupayakan agar karagenan tetap berada pada daftar produk organik. "ARLI terus berupaya agar karagenan tetap berada pada daftar produk organik di Amerika," terang Aziz.

Sebelumnya Direktur Jendeal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengatakan karagenan berada di kedua jenis bahan organik dan non organik. Sebagian menurut Slamet sudah selesai dibahas.

Asal tahu saja, produksi rumput laut hingga tengah tahun 2017 sebesar 3,5 juta ton. Sementara target produksi hingga akhir 2017 sebesar 13,4 juta ton lebih tinggi dari target tahun sebelumnya sebesar 11,1 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×