kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Banjir Thailand berpotensi pengaruhi penjualan Mitsubishi


Senin, 24 Oktober 2011 / 20:16 WIB
Banjir Thailand berpotensi pengaruhi penjualan Mitsubishi
ILUSTRASI. Belanja online. KONTAN/Baihaki/1/12/2020


Reporter: Dani Prasetya | Editor: Test Test

JAKARTA. Musibah banjir yang melanda Thailand berpotensi mengganggu penjualan mobil Mitsubishi akhir tahun ini. Rizwan Alamsjah, Direktur Pemasaran PT Krama Yudha Tiga Berlian Motor (KTB) mengakui hal tersebut. KTB tak lain ialah agen tunggal pemegang merek (ATPM) Mitsubishi di Indonesia.

"Oktober masih oke (stok untuk penjualan), tapi November sedikit terganggu," ungkap Rizwan, usai bertemu dengan Menteri Perindustrian, MS Hidayat, Senin (24/10). Setiap bulan, KTB mengimpor 1.200 unit-1.300 unit mobil utuh atawa completed build up (CBU) jenis Pajero Sport dari Thailand. Selain itu, KTB juga mengimpor 750 unit Strada Double Cabin per bulan.

Banjir yang melanda Thailand membuat prisipal KTB di Negara Gajah Putih terpaksa menyetop operasional pabrik pada 13 Oktober 2011. Tapi menurut Rizwan, pabrik itu sudah mulai beroperasi kembali 22 Oktober 2011 silam. Terkait dengan banjir ini, Rizwan tidak bisa memastikan apakah Mitsubishi akan membuat pabrik di Indonesia untuk bisa menjadi alternatif pabriknya yang terpusat di Thailand. "Kami belum tahu. Ini tergantung hitungan dari prinsipal," tuturnya.

Meski dihadang ketidakpastian pasokan produk hingga akhir tahun, namun KTB belum berniat merevisi target penjualan tahun ini. Apabila dibandingkan penjualan 2010 sebesar 106.000 unit, KTB mematok target penjualan 2011 lebih tinggi 3,7% yaitu sebesar 110.000 unit. "Tapi karena disaster Jepang dan bencana Thailand, mudah-mudahan 110.000 unit sampai," tambah Rizwan.

Sayangnya, saat disinggung rencana investasi baru di dalam negeri, Rizwan menolak berkomentar. Perusahaan itu disebut masih melakukan pembicaraan awal dengan pemerintah terkait hal tersebut. Sementara itu, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi menuturkan, perusahaan itu berniat merilis produk baru.

Meski nilai investasi pasti belum diketahui, namun KTB paling tidak harus menggelontorkan investasi Rp 300 miliar-Rp 500 miliar untuk pengadaan cetakan (mold and dies). Menurut Budi, rencana investasi ini berpeluang mengantongi pengurangan pajak (tax allowance) berdasarkan rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). "Biasanya otomotif dapat PP 62 (tax allowance)," tukasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×